Minggu, 24 Februari 2013

Antara Aku, Dia, dan Demokrasi

Diposting oleh Bonita Ayu Andhira di 01.27

Assalamu’alaykum warrahmatullahi wabarakatuh
Hari ini, 24 Februari 2013 Jawa Barat mengadakan hajat besar demokrasi, yakni pemilihan umum Gubernur Jawa Barat periode 2013-2018.
Insya Allah, kali ini saya akan berbagi tentang demokrasi.
Sebelumnya, bagi siapa saja yang belum mengenal saya (maklum saja, karena saya memang bukan siapa-siapa)  atau baru pertama kali membaca tulisan saya,
Saya Insya Allah adalah seorang hamba Allah, anak ke dua, mahasiswi tingkat akhir, dan seorang teman yang sangat hai bila sudah dimode hai kan terlebih dahulu.
Tulisan ini bukan artikel panjang nan berat, saya hanya ingin memberikan rekaman diskusi saya dengan salah seorang teman dalam bentuk tulisan. Sebuah diskusi audio yang saya coba visualkan

Bismillahirrahmanirrahiim
J *senyum dulu*
Saya dan dia, mari sebut ia dengan “cinta” adalah sahabat yang cukup dekat. Kami dekat secara lahir dan Insya Allah bathin.
Ada yang berbeda dari kedekatan saya dan cinta. Kami bukanlah bunga di satu pekarangan yang sama, kami lebih tepat digambarkan sebagai pensil warna di dalam wadahnya.
Ya, warna kami berbeda. Tapi justru hal inilah yang membuat saya betah berlama-lama dengan cinta. Kami terbiasa melukis bersama, memberi warna pada gambar-gambar kosong alam semata.
Hari itu adalah hari yang biasa,
Hari di mana kami sedang asyik berdua untuk saling menjaga, dengan komitmen saling mengingatkan hafalan agar terhindar dari ketiduran di kosan.
Setelah hampir rampung hafalan kami, saya memulia pembicaraan saya dengan cinta.
Saya: Menurut kamu, pemimpin yang shaleh itu penting nggak sih?
Cinta: Penting banget.
Saya: Jadi, kalau misalnya ada pemilu, kamu akan memilih pemimpin yang shaleh?
Cinta: aku golput.
Saya: kenapa?
Cinta: Karena milihnya lewat sistem demokrasi. Walaupun inputnya bagus, kalau sistemnya salah, outputnya tetep jelek.
Saya: Kamu benci ya sama demokrasi?
Cinta: Iya
Saya: Sama, aku juga. Sistem yang dangkal banget. Suara orang yang faham sama orang yang ga ngerti apa-apa kedudukannya sama.
Cinta: Em, aku mau nanya, tapi habis ini kita easy going aja ya.
Saya: iya, ada apa?
Cinta: kalo kamu benci, kenapa kamu ikutan demokrasi?
Saya: Aku benci demokrasi, makanya aku ingin menghancurkannya. Yahudi sudah menginjak-injak kita dengan produknya. Aku ingin kita balik menginjak demokrasi dengan sepatu Yahudi sendiri. Di Turki, di Mesir, sudah mulai terlihat bukti betapa demokrasi bisa menjadi senjata makan tuan bagi ibunya sendiri.
Cinta: Turki? Kamu tau nggak kalo di Turki wanita berjilbab dikenankan pajak yang besarnya sesuai dengan panjang jilbabnya?
Saya: Itu waktu zaman pemerintahan kemal abdul naser, bukan? Sekarang sudah lebih baik, kan? *senyum*
Cinta: iya betul, ya *senyum juga*. Aku baca di berita, katanya untuk kampanye pilgub Jabar calon nomer 4, dana yang dihabiskan sampai 1,3 triliun. Itu dananya dari mana, ya?
 Saya: Masya Allah, aku baru tau, kalau dananya sampai sebesar itu. Setau aku, setiap agenda, dananya dari kantong kader-kader atau simpatisan sendiri. Insya Allah bukan hasil korupsi. Hehe
Cinta: Waah, keren ya. Tapi uang sebanyak itu kenapa buat kampanye aja? Padahal bisa dibuat bikin 1000 rumah.
Saya: Lahan dakwah kan banyak, Insya Allah tiap lahan sudah ada anggaran dananya masing-masing.
*ya ikhwah, benar sekali nasihat dari sahabat ini. Mungkin saja selama ini publik melihat bahwa jama’ah ini berat sebelah. Terlalu mengedepankan peran dalam parlemen sehingga ranah da’wah lain tidak optimal eksistensinya*
Cinta: Aku ingin sekali memajukkan islam, menegakkan syari’at islam, tapi caranya bukan dengan ikut berdemokrasi. Karena Rasulullah ga mencontohkan itu. Aku mau memajukan teknologi islam. Kamu ngerasa nggak sih, kalau di bidang edukasi, karya-karya ulama islam itu dijual “gratis” dan masih dalam rumus-rumus dasar? Misalnya aljabar.
Saya: Iya betul. Subhanalloh keren tuh *nyengir lebar*. Semangat ya. Aku pernah menganalogikan ummat islam tuh kayak mahasiswa-mahasiswa di universitas. Masing-masing menekuni bidang keilmuan yang berbeda. Aku memperdalam ini, kamu memperdalam itu, yang lain memperdalam  ilmu lain. Kita belajar berbagai ilmu yang berbeda dengan tujuan yang sama ya, sebetulnya. Supaya kita bisa menguasai ilmu pengetahuan. Kalau semuanya belajar mata kuliah yang sama, nggak akan maju nih bangsa kita.
Cinta: Iya betul sekali. Hem, kalau aku tanya kamu, apakah kamu seorang ahlusunnah atau bukan, kamu akan jawab apa?
Saya: Insya Allah, aku ahlusunnah. Kalau kamu?
Cinta: Insya Allah aku juga ahlusunnah. Tapi aku bingung deh, kenapa kita, atau muslim lainnya yang sama-sama merasa ahlusunnah, punya metode dakwah yang sangat beda-beda? Harusnya kan sama. Berarti ada yang miss ya, di kita. Oh iya, aku juga pernah baca, kalau orang-orang itu akan masuk surga bersama pemimpinnya.
Saya: Alhamdulillah, pemimpinku Rasulullah, Insya Allah.
Cinta: Insya Allah, Rasulullah aku juga. Tapi kenapa kita bedaa? Aku masih cenderung nggak berhubungan, benar-benar melepas diri dari demokrasi. Khilafah bisa ditegakkan dengan cara yang Rasulullah contohkan. Dari mulai dakwah sembunyi-sembunyi sampai terang-terangan. Sekarang kita bisa mengajak muslim secara personal, lalu kalau sudah terkumpul masa, kita gulingkan pemerintah dengan cara kudeta.
Saya: Subhanalloh, keren sekali. Tapi justru dari statement kamu, aku malah bingung kita bedanya di mana. Kita sama-sama ingin menegakkan khilafah, sama-sama ingin berlepas diri dari demokrasi. Aku bagiang yang menghancurkan dari dalam, kamu yang menarik masa, hancurkan dari luar. Kamu mau berdemo kalau pemerintah kebijakannya nggak baik?
Cinta: Mau.
Saya: Demo kan nggak dicontohkan Rasulullah. Menasihati pemimpin harus dengan cara yang hikmah dan tersembunyi.
Cinta: Itu kan kalau sistemnya udah bener, kekurangan pemimpin harus dimaklumi, supaya nggak terjadi perpecahan. Tapi sistem negara kita kan masih demokrasi, masih salah.
Saya: Ya. *senyum*. buat apa kita khawatir iman kita terkotori kalau ranah dakwah yang potensial justru kita hindari? Masalah kemurnian aqidah, pemberi hidayah, sepenuhnya adalah kuasa Allah. Kita hanya bisa meminta dengan yakin ke Dia, supaya Allah menguatkan dan menjaga kita di jalan yang Ia takdirkan kita di sana. Memang riskan kita berdemo, memang sangat mengkhwatirkan kondisi iman kita bila memasuki ranah parlemen, tapi Allah kita tentu jauh Lebih Agung dari segala masalah yang ada. Asal kata dari infaq itu nafaqa, yang artinya segala potensi. Allah sudah menyuruh kita untuk berinfaq tidak hanya dengan harta, tetapi juga dengan segala potensi yang kita punya.
Cinta: Betul. Aku semakin ke sini semakin merasa bahwa masing-masing golongan itu punya kekurangan.
Saya: Iya, makanya selain ikutan pengajian masing-masing, kita juga harus rajin ikutan ta’lim. Saling mengingatkan yaa
Cinta: Iya, nanti kalau ada jadwal ta’lim lagi sms aku ya. Aku nggak mau taqlid sama beberapa ulama aja.
Saya: Siap, cin..
*berpelukaaaan*

Alhamdulillahirabbil’alamiin
Segala Puji bagi Allah, Tuhan Seru Sekalian Alam
Hanya Allah lah Yang Maha Mengetahui Kebenaran
Rabb, jangan Engkau kunci hati-hati kami dari cahaya kebenaran,
Surga-Mu memang mahal,
Maka izinkan kami membayar harganya di dunia.
Duhai Rabb yang Maha Melihat,
Sungguh Engkau memperhatikan segala yang telah kami usahakan.
Izinkan kami berjuang dari sekarang!!

“Allah menganugerahkan al hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).”(QS. 002:26)

 ”Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. “ (QS. 003:007)

“Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. 005:100)

“Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. “(QS. 010:100)
Karena setiap orang memiliki ekspresi ketidaksukaan yang berbeda. Ia bisa berlari, ia bisa mendekati lalu menghabisi, atau ia bisa menutup diri kebencian itu sendiri.
Wallahu ‘alam bishowab,
Semoga ada manfaat dari tulisan saya. Yang benar pasti datang dari Allah, kesalahan dan kedhoifan pasti milik saya sendiri.
Jazaakumullahu khoiron katsir bagi yang sudah berkenan membaca
J

“Kemenangan yang kita dapatkan  bukanlah berasal dari seberapa hebat kita di medan laga, tapi seberapa banyak amal ibadah kita dan seberapa kuat kita meminta kemenangan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’la”


0 komentar:

Posting Komentar

 

RUANG CAHAYA Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Emocutez