Sabtu, 16 Februari 2013

KISAH 3 LELAKI

Diposting oleh Bonita Ayu Andhira di 02.15
Assalamu'alaykum warrahmatullahi wabarakatuh

Sudah cukup lama jari-jari saya tidak berselancar di blog ini.
Saya sedang lebih senang membaca daripada menyampaikan, sepertinya.
baiklah, menurut nabi, "Sampaikanlah walau satu ayat"
Bismillahirrahmairrahim..

Terlalu banyak hal yang saling berkaitan yang saya alami akhir-akhir ini,
Entahlah, karena memang ianya memang memiliki relasi atau saya yang berusaha mengait-kaitkannya sendiri.
Yang jelas, saya bersyukur atas segala hal yang terjadi di dalam hidup saya.
Betapa indahnya hidup saya. Dirancang oleh Sang Maestro, Sang Maha pembuat Rencana, yang selalu melindungi hamba-hamba-Nya, bahkan dari godaan syaithan sekalipun.
Silakan cek QS Al-Isro' ayat 85 :-)
Subhanalloh, Subhanalloh..

Tulisan ini memang tentang tiga orang lelaki, yang saya temui dalam waktu dan tempat yang berbeda, tapi semuanya menceritakan hal yang sama kepada saya.
Kita mulai sebut mereka dengan Mogu, Mogi, dan Migi.

Hari itu, saya bertemu dengan Mogu untuk urusan bisnis. (hehe, gaya pisan. bismillah berkah)
Seusai membuat rencana wirausaha, ia bercerita mengenai kriteria calon istrinya. Tentu saja saat itu kami tidak berdua, ada teman lain yang ikut berdiskusi bersama. Ya, mungkin di tingkat akhir ini, pria dan wanita sudah tidak ingin bermain-main dengan ce i en te a lagi. Pemikiran sudah lebih dewasa, sudah ingin serius menempuh jalan yang baik menurut-Nya.
Mogu adalah tipe lelaki yang tidak mau berpacaran.
Ia bilang kepada saya
Mogu: "Urang nggak mau pacaran, mau langsung nikah aja. Kriteria calon istri urang, yang belum kerudungan"
Saya: "Kok gitu, kenapa?"
Mogu: "Urang malu kalo istri urang lebih shalehah daripada urang. Urang justru pengen urang yang ngajak dia ke jalan yamg lurus"
Saya: "Sumuhun, semoga mudah barokah lah prosesnya"
Mogu: "Hahaa, aamiin"

Di hari yang lain, saya bertemu dengan Mogi untuk bermain.
Ya, kami berlibur bersama, tidak berdua tentunya. ada 3 orang wanita, dan Mogi lelaki sendiri.
Di tengan jalan, Mogi berkata kepada kami bertiga,
Mogi: "Gue udah punya calon"
3 dara (asa getek namanya): "Waaah, siapaa? *heboh ala Ibu-Ibu*"
Mogi: "Itu lah pokoknya. Tapi nikahnya masih lama sih. Masih nanti-nanti"
Salah seorang dara: "Emang kriteria lu yang gimana?"
Mogi: "Yang udah kerudungan dan mau belajar agama. Dia masih pake celana jeans"
Dara ke dua: "Em, aku kira tipe kamu akhwat-akhwat shalehah. kan kamu pementor. hehe"
Mogi: "Itu dulu, gue udah nggak pernah mentor lagi sekarang. Lagian kalo gue langsung tembak yang kayak lu, malu sendiri guenya. haha"
*perjalanan kemudian dilanjutkan*

Di kesempatan yang lain, saya berbincang dengan Migi.
Walaupun sebelumnya membicarakan hal lain (tentang yayasan), akhirnya pembicaraan berujung pada urusan "itu" lagi.
saya: "bang, belum nikah nikah? katanya pas tingkat 2 ingin banget nikah? hahaha"
migi: "saya sedang menghindari perbincangan seputar itu, Bo"
saya: "kenapa?"
migi: "Takut mengurangi cita rasa dakwah buat saya. khawatir dakwah berasa hambar kalo ngebayangin yang manis-manis. saya belum boleh nikah sama orang tua,  harus lulus koas dulu, bawa gelar dokter dulu"
saya: "oh gitu. emang nyari yang gimana bang?"
migi: "akhwat tarbiyah yang sudah tertarbiyah dengan baik"
saya: "harus satu harokah tarbiyah?"
migi: "Iya *sambil  nyengir*"
saya: "kenapa, bang?"
migi: "nikah itu rizki, Bo, harus disyukuri. makanya habis nikah dakwah harus makin semangat lagi. nikah bukan saatnya lagi ngajarin istri dari nol. ia adalah saat kita berjuang sama-sama. keluarga istri juga jadi pertimbangan, minimal simpatisan atau nggak kontra dengan dakwah kita. Repot juga kalo istri ngerti tapi keluarganya belum faham."
saya: "kok kayaknya ngerti banget soal rumah tangga sih, bang? tau dari mana?"
migi: "temen seliqo' saya udah berkeluarga semua, kecuali saya. yang poligami juga ada beberapa"
saya: "wah, tau alasannya ga bang, kenapa poligami?"
migi: "salah satunya karena aktivitas dakwah suami dan istri ga imbang, bo. istri di rumah, suami banyak kegiatan di luar untuk dakwah. lama-lama istri minder, dan menyuruh suaminya berpoligami karena nggak mampu mengimbangi tarbiyah suami"
saya: "wah, menarik nih bang, istri yang merasa tarbiyahnya nggak imbang aja rela dipoligami, padahal untuk mencapai tahap itu, harusnya istri udah mantap 'ilmunya. Dipoligami kan ga mudah *sotoy mode on*"
migi: " ya begitulah, makanya penting punya istri yang sudah biasa bertarbiyah. di rumah juga tetep jalan proses tarbiyahnya. biar sama-sama ngedayung perahu buat dakwah"
saya: "sip-sip, nuhun bang, semoga Allah memberi jalan'
migi: "aamiin, makasih bo, iya nanti kalo saya udah siap tapi, jangan sekarang haha"

Setiap kepala memang memiliki pemikiran yang berbeda.
Saya jadi teringat salah satu hadits:
“Orang yang cerdas ialah orang yang mengendalikan dirinya dan bekerja untuk kehidupan setelah kematian.” (HR Tirmidzi)

Subhanalloh, betapa indah nasihat dari uswatuh hasanah kita, Rasulullah SAW.
Sudah seharusnya seorang muslim menyiapkan bekal hidupnya ke akhirat. 
Pelajaran besar bagi saya, untuk tidak membuat rencana-rencana sebatas duniawi saja.
Setiap rencana harus menjadi jembatan pendekat kita dengan syurga. Insya Allah, aamiin, ya Mujiib.

Lagi-lagi ramai dibahas urusan hati.
Perkara cinta.
Perkara yang banyak sekali diperbincangkan oleh siapa saja, anak-anak, tua, muda.
Cinta bisa menjadi kata yang sangat universal artinya.
ia bisa berupa kata kerja, kata benda, ataupun kata ganti. sangat subjektif sekali maknanya.

Di hari-hari pasca valentine ini, masih banyak sekali logo dan kata-kata cinta di mana-mana. Tujuannya, sebagian besar adalah cinta untuk lawan jenis.
Tahukan Anda, bahwa cinta seperti itu hanyalah sebuah urusan hormon?
Ya, jatuh cinta pada lawan jenis mampu membuat tubuh menghasilkan hormon seretonin (hormon pembuat jatuh cinta).
Hormon adrenalin bertambah, karena merasa deg-degan bertemu si dia.

Seretonin memang menimbulkan perasaan nyaman bagi si penderita. Perasaan senang, bahagia.
Tapi, tahukan Anda, bahwa Allah dan Rasul kita sudah memberikan solusi yang luar biasa agar tubuh kita mampu menghasilkan seretonin tanpa jatuh cinta (sebelum saatnya) dengan lawan jenis?
Berpuasalah!
Berpuasa dalam artian harfiah. Tidak hanya menahan nafsu pandangan, hati, pendengaran, tapi juga melawan lapar dan dahaga.
Justru dengan berpuasa, hormon adrenalin kita berkurang, dan hati menjadi lebih tenang (tidak deg-degan karena si dia, tapi tenang karena si Dia) :-)

Indah ya?
ya, Subhanalloh, luar biasaaa :-D

Dari kisah tiga lelaki tersebut (yang semuanya adalah teman seangkatan saya dari berbagai jurusan), saya mendapat satu kata yang menjadi benang merahnya: Kecenderungan

Bagaimana Allah memberikan kecenderungan kepada tiap-tiap orang. Hal-hal apa sayang diinginkan, bagaimana kriterianya.
Mogu menginginkan wanita yang belum berkerudung agar bisa diajarkan
Mogi minginginkan pasangan yang mau belajar agama bersama-sama
Migi menginginkan istri yang siap berpayah bersama dalam dakwah

Memiliki kecenderungan adalah hal yang wajar, tapi ingat, rencana Allah dulu, baru rencana kita.
Istikharah dan musyawarah sebanyak-banyaknya. Dengan pihak yang berkpentingan tentunya, yaitu Allah dan kita (bisa ditambah keluarga).


Allahumma inni astakhiruka bi’ilmika wa astaqdiruka biqudratika wa a’saluka min fadhlikal ‘adzim, fainnaka taqdiru wala aqdiru wa ta’lamu wala a’lamu wa anta ‘allamulghuyub. Allahumma inkunta ta’lamu anna hadzal amrakhoirun lifiddiini wama ‘asyi wa ‘aqibati amri faqdurhu li wayassirhu li tsumma barikli fihi. Wainkunta ta’lamu anna hadzal amrasyarrun li fi diini wa ma’asyi wa ‘aqibati amri fashrifhu ‘anni, washrifni ‘anhu, waqdurliyal khoiru haitsu kaana tsumma radidihni bihi.
( Ya Allah sesungguhnya aku memohon padaMu, dengan ilmuMu, dan aku memohon kepadaMu dengan kekuasaanMu, dan aku memohon sebagian dari karuniaMu yang agung. Karena sesungguhnya Engkaulah yang berkuasa sedang aku tidak berkuasa. Engkaulah yang mengetahui sedang aku tidak mengetahui. Dan Engkaulah yang mengetahui perkara-perkara yang ghaib. Ya Allah jika engkau mengetahui bahwa hal ini baik bagiku dalam agamaku dan kehidupanku serta akibat urusanku maka tentukanlah ia untukku dan mudahkanlah ia bagiku, kemudian berilah aku berkah padanya. Dan jika Engkau mengetahui bahwa buruk bagiku dalam agamaku dan kehidupanku serta akibat urusanku, maka palingkanlah ia dariku dan palingkan aku darinya. Dan tentukanlah untukku kebaikan dimana saja dia berada kemudian jadikanlah aku ridho kepadanya)

MUHASABAH: Sudah sampai manakah rencana kita? Baru sampai taraf dunia atau sudah mengutamakan akhirat?
Untuk para akhwat, marilah kita menjadi ummahat chasing akhirat
Semangaaat !! \(^____^)/

"Dan Allah (juga) membuat perumpamaan, dua orang laki-laki, yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatu dan dia menjadi beban penanggungnya, kemana saja dia disuruh (oleh penanggungnya itu), dia sama sekali tidak dapat mendatangkan suatu kebaikan. Samakah orang itu dengan yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada di jalan yang lurus?" (QS An Nahl 76)

Wallahu a'lam bishowab, semoga ada manfaat yang bisa diambil
:-)














0 komentar:

Posting Komentar

 

RUANG CAHAYA Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Emocutez