Jumat, 31 Mei 2013

Sahabat di Ruang Dua

Diposting oleh Bonita Ayu Andhira di 06.30 0 komentar
Sebelumnya, ini adalah kisah nyata..
Ada satu hal berbeda tapi biasa yang terjadi di hidup saya.
Seperti berjuta orang di luar sana, saya juga memiliki sahabat maya.
Ya, orang yang pertama kali saya kenal melalui media sosial.

Walau pertama kali kenal adalah karena permainan buddy poke, akhirnya pertemanan yang kami jalin tidak main-main, setidaknya menurut saya.
sudah hampir 4 tahun kami berteman.
Banyak hal telah didisukusikan, terutama tentang islam dan kedokteran.

Tiba-tiba saya teringat dengan mata pelajaran fisika SMP kelas 3 mengenai alat optik
Bayangan benda bisa jatuh di berbagai ruang.
Bisa di ruang 1, ruang 2, ruang 3.
Dengan keadaan di tiap ruang yang berbeda-beda.

Saya lupa bagaimana keadaan bayangan di tiap ruang,
Seingat saya, ruang 1 itu untuk bayangan nyata,
Ruang 2 dan 3 menghasilkan bayangan maya.

Dan, dengan alur tulisan yang sangat acak-acakan,
saya menyatakan bahwa bab alat optik itulah yang menjadi inspirasi dari tulisan ini

Sebetulnya tidak tepat bila saya katakan bahwa ia adalah sahabat di ruang dua,
Sekarang dia sudah boleh jatuh di ruang satu, karena memang kami sudah bertemu.

Yaah, ini memang tulisan iseng-iseng yang tidak mungkin mendapat hadiah.
Tapi semoga cukup untuk bisa mengingatkan saya nanti bahwa dulu saya pernah juga mengalami masa gaul remaja, berteman via dunia maya.
Dan ucapan terima kasih untuk dia yang sudah mau memulai dan setia berteman dengan saya
hehehehe
:D

Kamis, 16 Mei 2013

Untukmu yang Mulai Bosan Menunggu

Diposting oleh Bonita Ayu Andhira di 04.39 0 komentar
Kau hampir mengenalku seperti aku mengenal diriku sendiri
Atau mungkin kau lebih tahu siapa, bagaimana, mengapa, dan di mana diriku
Wajar saja, kita memang tumbuh bersama

Ini adalah kisah aneh tentang aku dan kamu
Kau masih ingat tidak, ya?
Aku maklum bila kau lupa,
Memang sudah terlalu lama kita tidak berjumpa

Aku tak tahu mengapa aku begitu gandrung padamu
Kau bukan teman terbaikku
Kau hanya sosok yang di waktu itu selalu bertakdir ada di tempat yang sama denganku
Pagar ruang dan waktu selalu kompak berkonspirasi membuat kita bertemu

Kau memang bukan teman terbaikku
Kau hanya melirik dingin saat aku dengan gembira menunjukkan raport juara 1 ku padamu
Bukan pula ucapan selamat yang aku dapat,
Kau malah menakut-nakutiku dengan mengatakan, "Raportmu belum bisa memasukanmu ke surga!"
Senyumku, yang tadinya lebar tersungging,
Drastis berubah menjadi kucuran keringat dingin

Kau masih ingat kejadian ini?
Saat itu, langit senja sedang bersusah payah menenggelamkan sang surya dari singgasananya
Sama payahnya denganmu  yang sedang ber-khoek-khoek,
Memiring manyunkan bibirmu untuk melafalkan kata-kata yang tak pernah aku dengar sebelumnya
Katamu, "Ini Bahasa Jerman. Suatu saat aku akan ke sana. Kamu tahu, di balik matahari senja ini, ada 1 negara yang jagooo sekali bikin pesawatnya. Pak Habibie belajar di sana. Dan yang paling luar biasa, di tengah dinginnya Eropa, Jerman adalah negara dengan lingkaran cinta yang cahayanya paling menyala."
"Kamu tahu, Allah kasih keistimewaan luar biasa buat kita. Kita ini manusia tanpa logat daerah,  jadi kita bisa menyesuaikan belajar berbagai bahasa Asing dengan mudah. Targetku, sebelum Allah usaikan kontrak hidupku, aku mau belajar 5 bahasa dulu: Indonesia, Inggris, Jerman, Arab, dan Turki."

Hari itu, aku benar-benar memainkan peranku sebagai pendengar setia.
Kau ungkapkan sederet cita-citamu dan dalam hati aku aamiin-kan keinginanmu
Sambil aku gumam dan tekadkan, "Sampai berjumpa di Jerman, Arab, dan Turki, ya"

Kali ini pagi hari,
Cuaca dan suasana pagi sangat tenang,
Sangat bertolak belakang denganmu yang dengan mengagetkan tiba-tiba datang
Lebih menyebalkannya lagi, tanpa izin, kau tarik kuncir ekor kudaku,
Kau katakan dengan tegas, "Setelah ini, tidak boleh ada lagi yang melihat rambutmu, apalagi memegangnya."
Kau berikan sebuah kain panjang, tapi tidak mirip selendang,
"Ini tidak cocok untuk menari. Kainnya kurang panjang. Warnanya pun terlalu kalem", protesku padamu.
"Ya memang bukan untuk menari. Aku ingin kau berhenti latihan nari. Pakai kain itu di kepalamu.", jawabmu sambil berlalu pergi.

Alurnya ceritanya selalu begini:
Kau temukan ide ==> Dengan sangat deskriptif dan persuasif kau paparkan ide itu padaku ==> Aku terpesona ==> Kita lakukan ide itu bersama

"Perkejaan yang paling mudah untuk ber'amal jariyah itu dokter dan guru, loh."
"Kamu tahu kan 'amal jariyah? Dia salah satu yang akan setia menemani kita di alam kubur nanti. Saat Ayah dan Ibu kita saja harus pergi."
"Pahala 'amal jariyah itu tidak terputus. Nyambuung terus"
Dengan saaangat bersemangat kau bercuap-cuap.
Aku sangat tertarik dengan pemaparanmu.
Jujur, adakalanya optimismemu itu mempesona.

"Pokoknya, kita harus jadi salah satunya. Dokter atau guru. Ya?" Ajakmu padaku dengan senyuman.
Aku hanya mengangguk biasa. Tapi hati dan pikiranku meng-iya-kannya dengan seluruh kesadaran dan tenaga yang aku punya.
"Cita-citaku itu lahir dari kata-kata sosok yang sedang kukagumi. Aku ingin selalu bersamanya, bahkan sampai ke surga. Aku benar-benar sedang jatuh cinta.", ungkapmu sambil mengeluarkan aura cinta besar yang aku pun dapat merasakannya.
"Khayrun naas, anfa'hum lin naas. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain. Begitu kata orang yang sangat kucintai.", kau melanjutkan kata-katamu, masih dengan magnet cinta yang bisa aku rasakan medannya.

Sekarang kau boleh tahu bahwa saat itu aku cemburu.
Adakah orang lain yang menarik perhatianmu? Setelah hampir seumur hidupku ku habiskan denganmu?
Atau waktumu lebih dari 24 jam sampai-sampai ada kesempatan untuk berdekatan dengan orang selain aku?
Apapun alasanmu, pada akhirnya, sosok yang kau cinta itu memang sempurna.
Aku pun tergila-gila padanya.
Akhlaknya cahaya,
Budi pekertinya luar biasa,
Dan ia mendapat jaminan ampunan dosa dari Tuhannya,
Insya Allah, surga firdaus tempat kembalinya.

Kisah tentang aku dan kamu,
Kisah yang paling dominan mempengaruhi berbagai keputusan dalam hidupku.
Bahasa Indonesia, Inggris, Jerman, Arab, Insya Allah terus aku pelajari
Menyusul, Insya Allah Turki
Dokter dan Guru, itu cita-citaku
Tutup kepala (jilbab), Alhamdulillaah aku telah mengenakannya

Tidak kah kau rindu padaku?
Sudah lama kita tidak bercengkrama
Apa kabarnya dirimu?
Di mana kamu?
Tidak ada lagi kah waktu untu bertemu denganku?

Sulit mudah memang untuk kita menyatu lagi
Tapi bijak bestari pernah berkata, "Bila ada kemauan pasti ada jalan"
Ya, dengan ini, aku panggil dirimu kembali,
"Hey kembalilah Bonita Ayu Andhira sang optimis pemimpi!"
Sudah lama jiwaku kering tanpa cita-cita
Ingatkah kau, waktu sekolah dulu, kau menulis dengan rinci target jangka pendek dan panjang dari cita-citamu?
Saat masih luntang-lantung, galau apakah bisa bersekolah di SMP favorit atau tidak,
Cemas bisa masuk di SMA terbaik atau tidak, panik bisa kuliah di PTN nomer satuatautidak, kau malah sangat rajin dan gigih menuliskan mimpi-mimpimu. Kau bahkan tau mau jadi apa kau di usia-usia selanjutnya.

Namun kini, saat sudah mendapat label cap Gajah Duduk, kau malah asyik berjualan sarung *salah fokus*, kau malah terlupa dengan targetan-targetan yang sudah pernah kau buat.
Masa mau mundur lagi?

Ayolah, panggil kembali mimpi-mimpimu, karena Allah, Dia-lah yang menyusupkan mimpi-mimpi indah itu di hatimu. Dia Yang Maha Kuasa, pasti bertanggung jawab membantumu menggapai cita-cita.
:-)

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Al-Mukmin: 60)

Allahumma sholli 'ala Muhammad an nabiyyil ummiyyi



Bandung, 16-Mei-2013


 

RUANG CAHAYA Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Emocutez