Senin, 25 Maret 2013

Selamanya, Cinta Tak Memerlukan Tanda Baca

Diposting oleh Bonita Ayu Andhira di 07.09
Assalaamu'alaykum warrahmatullaahi wabarakatuh
Bismillaahirrahmanirrahiim,

Kau sering memintaku untuk membuat dongeng tentang kisah hidupku.
Tapi, sungguh, aku tidak bisa membuat barang satu paragraf pun untukmu.
Bukan, bukan karena aku tidak memiliki kenangan tentangnya, tapi aku memang tidak pernah memulai kisah hidupku ini.
Tiba-tiba saja aku sudah tenggelam di dalam ceritanya.
Aku tidak pernah membuat satu huruf besar pun untuk membuka kalimat dari kisah panjang perjalanan hidupku ini.
Lumrahnya, setiap kalimat selalu di awali huruf kapital untuk menunjukkan bahwa kisah itu telah dimulai.
Tapi aku, larikku-larikku mengalir begitu saja, tanpa mengindahkan kaidah baku penulisan sebuah alinea.

Kau pernah menyuruhku untuk menyerah saja, kemudian mejalani hidup seperti anak-anak (saat itu) dan remaja (saat ini) pada umumnya.
Pertanyaan-pertanyaanmu yang sampai detik ini tidak menemukan jawaban, selain senyuman yang aku sunggingkan. "Kamu nggak capek, apa?" "Kamu nggak ingin keluar dan hidup dengan netral-netral aja?"
"Ini semua belum jelas, bahkan kamu nggak tau kan, kamu melakukan ini untuk siapa?"

Kau sangat tahu bahwa aku pun tak tahu mengapa aku menjadi bagian dalam perjalanan ini.
Betul sahabatku, perjalanan ini memang tak sempurna.
Ceritanya pun tak akan seindah novel-novel yang pernah kau baca.
Pun alurnya, tak akan sebaik rima-rima buatan manusia dalam tulisannya.
Tapi kau mungkin belum tahu; bahwa selamanya, cinta tak memerlukan tanda baca.

Kisah ini memang tak pernah dimulai, tak akan kau temui sebuah huruf kapital sebagai penanda kepala kata pada kalimatnya. Sangat mungkin kau temui kesalahan tanda baca dan kekurangan spasi di dalam rangkaian paragraf ini.
Tapi, kau tahu kawan?
Terkadang spasi memang perlu dihilangkan. Kau akan tahu betapa besar pengaruh kedekatan antar kata di dalam alinea dari kisah yang sedang aku paparkan.
Ukhuwah, adalah nama lain dari kehilangan spasi yang mungkin kau anggap kurang baik ini. Tidak, bukan kau saja lebih tepatnya. Mungkin juga orang lain di luar sana akan begitu melihatnya.

Pembaca bisa melihat betapa paragraf ini banyak kehilangan tanda tanya. Banyak terdapat kalimat tanya yang enyah tanda bacanya. Sehingga yang terlihat hanyalah sebuah kalimat pernyataan yang gantung.
Tapi, kau tahu kawan?
Terkadang tanda tanya memang perlu dihilangkan. Inilah jalan latihan untuk menggapai ketaatan tertinggi kepada Tuhan. "Kami dengar dan kami ta'at". Sebuah kalimat luar biasa indah yang Difirmankan oleh Sang Pencipta Keindahan.
Kalimat sempurna yang hanya mampu dikatakan oleh seorang manusia yang sudah sempurna ketakwaannya. Tidak kah kau mau ikut berlatih hingga kau bisa dengan setulus hati dan jiwamu mengatakannya? :-)

Tak heran bila kau temukan keabsenan tanda seru dalam cerita ini. Kalimat-kalimat yang seharusnya berisi seruan, lagi-lagi harus rela menjadi kalimat pernyataan yang gantung.
tapi, kau tahu, kawan?
Terkadang tanda seru memang perlu dihilangkan. Agar tak selalu kau ikuti egomu. Agar lebih bijak kau gunakan uratmu. Tidak mau kah kau, bila Tuhanmu memasukkanmu ke dalam golongan orang-orang yang sabar?

"Banyak tanda koma yang kau abaikan", itu ucapmu.
Betul, sahabatku. Paragraf ini memang tak sempurna, masih banyak sekali cacatnya.
Tapi, kau tahu, kawan?
Terkadang tanda koma memang perlu dihilangkan. Agar tidak terbata-bata langkahmu. Agar kau tetap bisa melangkah maju, meneruskan goresan pena pada tulisanmu. Tidak mau kah kau, bila Tuhan dan Rasulmu menyaksikan usahamu? Kau yang tetap menyempurnakan usahamu dengan segala ketidaksempuraan yang kau miliki sebagai seorang manusia biasa.

"Di mana tanda titiknya? Banyak titik yang kau lompati", satu pertanyaan dan pernyataan lagi yang sering kau ajukan.
Ya, sahabatku. Terkadang memang ada saatnya kalimat ini harus berhenti, namun kami mengabaikannya dan terus bekerja. Akhir dari cerita ini, belum ada yang tahu akan ke mana. Itulah sebabnya, pantang bagi kami untuk membuat sebuah tanda, walau ia hanya sebuah titik belaka. Biarlah pena ini terus menari di atas kertas dengan cerita tak sempurna yang harus selalu diperbaiki. Semoga Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang menepati janji.

''Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allaah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak sedikit pun mengubah janjinya". (Al-Ahzab: 23)

"Sesungguhnya alasan (untuk menyalahkan) hanyalah terhadap orang-orang yang meminta izin kepadamu (untuk tidak ikut berperang), padahal mereka orang kaya. Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak ikut berperang dan Allaah telah mengunci hati mereka, sehingga mereka tidak mengetahui (akibat perbuatan mereka)". (At Taubah: 93)


"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi
dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang. Dengan begitu, kamu menggetarkan
musuh Allah dan musuh kamu." (Al-Anfal: 60)

"Sesungguhnya Allaah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh". (As-Saff: 4)

Di jalan cinta para pejuang, cinta adalah kata kerja. Biarlah perasaan hati menjadi makmum, bagi kerja-kerja cinta yang dilakukan oleh ama shalih kita.

Ketidaksempuraan yang sering kali mengecewakan perasaan hatimu, biarlah itu menjadi makmum bagi kerja cintamu.

Sekarang, apakah kau sudah bisa percaya bahwa cinta tak selamanya memerlukan tanda baca?
:-)

Allah ghayatuna (Allah adalah tujuan kami),
Ar-Rasul qudwatuna (Rasul adalah teladan kami),
Al-Qur'an syir'atuna (Qur'an adalah undang-undang kami),
Al-Jihad sabiluna (jihad adalah jalan kami), 
Asy-Syahadah umniyyatuna (Mati syahid adalah cita-cita kami).




0 komentar:

Posting Komentar

 

RUANG CAHAYA Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Emocutez