Jumat, 21 Desember 2012

IBU

Diposting oleh Bonita Ayu Andhira di 18.38



Kasihnya Ibu tulus sejati
Seperti Rasul taatnya pada Illahi
Ikhlas, tulus, serta abadi
Kasih yang tak dapat diganti rugi
Sedari kecil hingga dewasa,
Ibu menjaga, membelai penuh manja
Tabah, tanpa merasa lelah
Demi kewajiban dan amanah
Kini, engkau telah dewasa
Kasih Ibu mesti dijaga
Jangan jadi anak durhaka
Pabila Ibu telah tiada,
Kirimkan do’a, janganlah engkau lupa
Walau bisa kau gapai dunia,
Tetap tak bisa kau balas jasa Ibunda
—————-
22 Desember, sebuah tanggal yang sangat tidak penting bagiku
Apa artinya tanggal itu bila dibandingkan dengan kasih sayangmu setiap hari, Ibu?
Kau memngajarku cinta, tanpa perlu ucapkan kata cinta kepadaku
Kau menjagaku dalam kandunganmu karena cinta
Kau melahirkanku dengan pertaruhkan nyawamu karena cinta
Kau didik aku dengan darah dan peluhmu karena cinta


Ibu, sampai saat ini, sungguh belum aku jumpai manusia sepertimu
Waktu kecil, kau gendong aku,
Setelah besar, kau tetap selalu ingin membawa beban yang lebih berat bila aku menemanimu berbelanja.
Ibu, kau berikan makanan kesukaanmu untukku,
Walau sudah habis jatah untukku dan kau belum sedikitpun mengambil bagianmu.


Ibu, saat aku sakit, kau merawatku sampai aku tertidur.
Sedangkan kau habiskan siang dan malammu untuk menjagaku
Kau sediakan makanan terbaik agar aku lekas sembuh
Ibu, sudahkah kau isi perutmu?


Ibu, dulu, kau ajarkan aku berjalan
Ke dua belah tanganku kau tahan,
Tak rela kau melihat anakmu ini terjatuh
Kini, kau lepaskan aku berlari
Dengan alasan agar aku menemukan kebahagiaan diri
Ibu, katakan padaku, berapa banyak waktu yang telah engkau habiskan untuk mencemaskan keadaanku?



Kau inginkan aku untuk bekerja,
“Kamu nanti kalo udah lulus kerja ya, biar bisa punya uang sendiri. Biar nggak selalu nyusahin suami. Atau kalau suami kamu pelit, kamu bisa tetep mencukupi kebutuhan kamu pake uang kamu sendiri”.
Sungguh indah alasanmu, Bunda..
Kau selalu ingin anakmu ini bahagia
“Ma, aku mau jadi Ibu dan istri yang baik kayak mama. Kalau banyak di luar rumah, nanti rumahnya nggak keurus. Hehe. Mama shalehah do’ain aja, semoga suami aku orangnya shaleh dan bertanggung jawab. Do’a ibu shalehah kan pasti sampe ke anaknya, Ma. :)”
Setelah ku ungkapkan mengapa, kau tersenyum dengan tulusnya.
Tak pernah lagi kau usulkan soal bekerja.



Saat sekolah dulu, kau sempat minta padaku
“Kalo udah berkeluarga nanti, kamu tinggalnya deket-deket ya sama Mama, biar Mama bisa sering main”
Ibu, seharusnya aku yang mengunjungimu..
Kau akan sudah menua waktu itu
Cintamu sepanjang usiaku, Ibu..


Ibu, katakan padaku,
Mengapa kau begitu mencintaiku?
Ibu, jujurlah, mengapa kau korbankan waktu dan jiwamu untuk mendidikku?
Ibu, adakah cinta dunia yang lebih besar dari kasihmu?


Ibu,
Tak bisa aku berkata-kata manis,
Tapi Insya Allah, do’a yang aku panjatkan dalam hatiku
jauh lebih indah dari setiap kata yang aku tuliskan hari ini untukmu
Selamat hari Ibu,
Untukmu Ibuku tersayang..
“Aku sayang Mama karena Allah”
Kata-kata di buku “Hafalan Shalat Delisa” yang pernah membuat kita sama-sama menangis.
Semoga Allah mengampuni dosa-dosa Mama, melindungi Mama, dan memberikan tempat yang indah di surga, karena keikhlasan mama mendidik keluarga
:)


Manchmal schau ich dich an und dann danke ich daran, dass ein Tag kommt an der ich von dir geh, und dann wird es mir so schwer als wenn um heute ware, denn Scheiden. Scheiden tut so weh.
Ich liebe dich, Mama
:”) :”)

1 komentar:

Unknown on 16 Maret 2013 pukul 11.37 mengatakan...

terharu slam kenal ya...

Posting Komentar

 

RUANG CAHAYA Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Emocutez