TAFSIR QUR’AN SURAT AL INSYIQAQ
Oleh: Ustadz Gaos Abdul Hamid
*dan tambahan catatan dari beberapa ta’lim
lain, in Syaa’ Allaah berhubungan
16 November 2013
Bismillaahirrahmanirrahiim
·
Dalam muqadimahnya, ahli tafsir sepakat bahwa Al
Insyiqaq adalah surat Makkiyah
·
Tema surat: Hari kiamat dan hari pembalasan.
Cara pembagian buku catatan amal dan menggambarkan keadaan yang menimpa orang
yang menerimanya
·
Karakter Surat Al Insyiqaq dan
surat Makkiyah pada umumnya:
1.
Menceritakan kejadian hari akhir
2.
Kata-kata dalam surat Al Insyiqaq menusuk hati
3.
Dilatari gambaran-gambaran indah penciptaan
Allaah
·
Sentuhan surat Makkiyah:
1.
Membentuk kekuatan iman
2.
Menyentuh alam berpikir (akal)
·
Perbedaan Surat Makkiyah dan Surat Madaniyah:
A.
Surat Makkiyah
1.
Penuh syair dan ungkapan perasaan (sulit
diterjemahkan)
2.
Menggunakan kalimat baligh dan fasih. (baligh:
berasal dari kata balaghoh yang berarti nilai kedalaman sebuah kata)
3.
Berisi nasihat, bimbingan, tauhid, hari kiamat,
sejarah umat-umat terdahulu, dan adzab.
4.
Menggunakan banyak pemisah, biasanya
pendek-pendek.
5.
Tidak berisi debat dan dialog dengan yahudi dan
Nasrani
6.
Sedikit perintah tentang ibadah, fokus pada
aqidah dan tauhid
7.
Tidak membahas jihad, hanya membahas dakwah
tabligh, nasihat, dan menggunakan kata-kata yang halus.
B.
Surat Madaniyah
1.
Mendalam, kuat, kokoh (maknanya lugas, mengena
pada akal)
2.
Menggunakan kalimat-kalimat ushul dan
Undang-Undang syari’ah, mudah dicerna.
3.
Berisi hudud, fura’id, dan hukum-hukum
4.
Tidak terlalu banyak menggunakan sajak dan
perintah, pemisahnya selalu banyak
5.
Berisi dialog dengan Yahudi dan Nasrani
6.
Berisi perintah ibadah dan amal
7.
Berisi perintah jihad, menjelaskan hukum jihad
dengan perintah dakwah, tabligh, dan irsyad
·
3 Bahasan Utama Surat Al Insyiqaq:
1.
Mukmin menerima catatan amal dari kanan
2.
Kafir menerima catatan amal dari belakang
3.
Manusia melalui proses kehidupan
·
Kisah-kisah Inspiratif
1. Kisah Ummar Ibn Khaththab di Mesir
Ketika
di Mesir terjadi bencana gempa yang memporak-porandakan Mesir, khalifah Ummar
Ibn Khaththab mengunjungi tempat itu. Ketika pertama kali sampai di sana, Ummar
radhiyallaahu ‘anhu mengatakan, “Dosa apa yang kalian lakukan kepada Allaah? Sampai
terjadi gempa yang sedahsyat ini?”
Hikmah:
Bahwa yang mendatangkan bencana adalah dosa-dosa kita. Sesungguhnya nikmat itu
datangnya dari Allaah Subhanahu wa Ta’ala dan bencana tidak datang kecuali
karena manusia mencelakakan dirinya sendiri
2. Kisah sahabat dan unta
Sahabat
Radhiyallaahu ‘anhuma bila tidak mampu mengendalikan untanya akan menangis
tersedu-sedu sambil beristighfar 1000 kali memohon ampun kepada Allaah
Subhanahu wa Ta’ala. Mengapa? Karena Allaah telah menjanjikan untuk menundukkan
laut dan hewan untuk orang yang beriman. Para sahabat takut bila mereka tidak
termasuk ke dalam golongan mukminin karena tidak bisa mengendalikan untanya.
3. Sejarah Diturunkan Manusia
Dalam
sejarah, manusia diturunkan ke dunia sebagai hukuman. Adam Alayhis Salam dan
Hawa diturunkan ke Bumi dari syurga oleh Allaah Tabaaraka wa Ta’ala karena
mereka melanggar perintah Allaah untuk tidak memakan buah khuldi di syurga.
Sebagai hukumannya, Allaah menurunkan mereka ke Bumi.
Hikmah: Manusia
pertama kali diturunkan ke bumi karena hukuman, maka sudah sewajarnya bila
manusia merasakan hidup ini berat untuk mereka. Dalam Tafsir Imam Ibnu Katsir
Rahimahullaahu Ta’ala, dijelaskan bahwa setiap manusia pasti bekerja keras dan
bersusah payah dalam hidupnya, baik tujuannya hanya dunia ataupun dunia
akhirat. Sebagai seorang mukmin yang Allaah karuniai akal, tentu saja orientasi
tujuan kita adalah akhirat, dengan tidak melupakan bagian kita di dunia.
Bagian-bagian
untnuk manusia di dunia:
a.
Kesehatan
b.
Kecerdasan
c.
Kekuasaan: Bila kekuasaan mampu mendekatkan
manusia kepada Allaah, maka kekuasan adalah seutama-utamanya jihad
d.
Kekayaan
4. Kisah Sa’ib Ibn Amir radhiyallaahu ‘anhu
Sa’id Ibn Amir adalah seorang sahabat yang Allaah karuniakan
usia yang panjang hingga Beliau masih hidup pada zaman kekhalifahan Ummar Ibn
Khaththab Radhiyallaahu ‘anhu. Karena keshalihah dan kejujurannya, Sa’id
dijadikan Gubernur Syam oleh Khlifah Ummar. Pada suatu hari, dilakukan sesnus
penduduk untuk mengetahui keadaan ekonomi penduduk Syam. Setelah didata
berulang kali, didapatkan bahwa nama Sa’id Ibn Amir berada pada peringkat
paling atas sebagai orang termiskin di daerah Syam. Umar merasa sangat kaget.
Beliau mengutus seorang ajudan untuk memberikan hadiah sebesar 100 dinar kepada
Sa’id.
Utusan tersebut tiba di rumah Sa’id dengan membawa tas berisi
hadiah 100 dinar.
“Assalaamu’alaykum warahmatullaah wabarakaatuhu”, seru sang
ajudan.
“Wa’alayukumussalaam warahmatullaah wabarakaatuhu”, jawab Sa’id.
“Benarkah ini rumah Sa’id Ibn Amir Gubernur Syam?”
“Ya, benar”, kata Sa’id
“Saya adalah utusan Amirul Mukminin, diamanahkan untuk
memberikan ini kepada Anda”, kata ajudan memperkenalkan diri
“Apa ini?”, tanya Sa’id Ibn Amir
“Ini adalah bungkusan berisi 100 dinar untuk Anda”, jawabnya
“Asataghfirullaahaldziim, demi Allaah, aku tidak akan
membiarkan uang ini menginap di rumahku barang satu hari saja! Bagaimana bisa
Sa’id menyimpan uang sebanyak ini sedangkan di luar sana masih ada penduduk
yang perutnya kepalaran? Bagikan ini untuk rakyatku”. *Subhanallaah, padahal
sudah disensus berulang kali dan Sa’id adalah orang termiskin di daerah Syam.
Semoga Allaah meridhoi Beliau*
Akhirnya, utusan itu membagikan 100 dinar tersebut kepada
rakyat Syam. Istri Sa’id mendengar perihal hadiah dari Amirul Mukminin itu. Ia
merasa bersedih, sebagai istri, ia sangat merasakan betapa sulitnya kehidupan
ekonomi keluarganya. Sa’id memahami kesedihan istrinya. Ia mendatangi istrinya
dan berkata, “Istriku, aku pernah mendengar rasulullaah shalallallaahu ‘alayhi
wa sallam bersabda, ‘Bila bidadari surga menampakkan sedikit wajahnya di ufuk
barat, niscaya sinar matahari akan tertutup karenanya’, tapi demi Allaah,
lanjut Sa’id, aku akan lebih memilih kamu sebagai bidadariku di surga nanti”.
Istri Sa’id tersenyum kembali dan ia ridho kepada keputusan suaminya itu.
Hikmah:
Allaah Subhanahu wa Ta’ala sudah menyiapkan balasan yang sempurna pada
orang-orang yang melakukan perdagangan yang menguntungkan di dunia. Yakni menjual
dirinya untuk Allaah, dengan mengorbankan harta dan jiwa untuk berjuang di
jalan-Nya. Sedikit tambahan kisah dari Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani. Saat
itu beliau sedang dalam perjalanan menaiki kereta dengan pakaian yang indah. Di
tengah jalan, ia dicegat oleh seorang Yahudi yang miskin dan berpakaian compang
camping. Orang Yahudi itu bertanya, “Hai, Ibnu Hajar, bukankah dunia itu
surganya orang kafir dan nerakanya orang-orang mukmin? Lihatlah, aku miskin dan
kau kaya. Berarti akulah mukmin itu dan kamu kafir”.
Ibnu
Hajar menjawab sambil tersenyum, “Sesungguhnya nikmat yang Allaah berikan pada
mukmin di dunia ini hanya sedikit sekali bagian dari nikmatnya yang kekal di
syurga nanti. Maka dari itu disebutkan bahwa dunia adalah nerakanya orang-orang
beriman. Sedangkan untuk kaum kafir, kemiskinan dan penderitaan orang-orang
kafir hanyalah sedikit sekali bagian dari siksaannya yang berat di neraka
kelak, maka dari itu disebutkan bahwa dunia adalah surganya orang-orang kafir”.
Orang
Yahudi itu langsung menangis tersedu-sedu dan menyatakan diri masuk islam.
Semoga
catatannya bermanfaat, Baarakallaahu fiikum
J
0 komentar:
Posting Komentar