Selasa, 24 September 2013

Aku Ingin Dilupakan

Diposting oleh Bonita Ayu Andhira di 18.01 2 komentar
Bismillaahirrahmanirrahiim


Aku ingin dilupakan seperti para istri amirul mukminin yang jarang sekali orang-orang mengetahui nama-nama mereka.
Aku ingin mendampingi Abu Bakr di jalan sunyi,
Membersamai sahabat hati tanpa perlu orang-orang ingin tahu siapa aku..
Tak masalah bila dunia harus aku tinggalkan,
Selama cinta kepada Allaah Subhanhu Wa Ta'ala dan Rasulullaah Shallallaahuu 'Alayhi Wa Sallam selalu dalam genggaman


Aku ingin berjuang bersama Ummar,
Berpeluh tanpa keluh,
Berdarah untuk dakwah,
Berkorban seluruh harta dan jiwa tanpa ada suara

Aku ingin setia bersama Utsman
Lakukan amalan dalam diam
Sebab rasa malu karena Allaah yang teramat dalam

Aku ingin bersabar bersama Ali
Menjadi manusia termuda yang membenarkan
Tak goyah sedikit pun iman karena kemisikinan
Tak norak koarkan, "hey, lihat aku, aku pejuang yang kasihan!"

Tak butuh ribuan manusia tahu siapa aku,
Bahkan, dimaafkan dan dilupakan adalah lebih baik bagiku
Sebagaimana takutnya aku menjadi muflisin yang merugi,
Saat di akhirat nanti amalanku hilang karena dosa pada manusia dan hutang budi
Waiyadzubillaah

Tak perlu, tak perlu belas kasihanmu..
Cinta Allaah dan Rasul-Nya sudah berarti dunia dan akhirat untukku..
Allaah, Allaah, hanya wajah-Mu harapanku
Rasulullaah, Rasulullaah, hanya dirimu uswatun hasanahku

Wahai Rabbku,
Wahai Rabbku,
Wahai Rabbku...
Wahai Rabbku...
Hina dina diri ini mengharapkan syurga-Mu,
Tapi keyakinan akan ke-Maha Kuasaan-Mu,
Kepercayaan akan janji-Mu yang lebih besar dari apapun itu,
Membuatku tak ragu mengharap firdaus-Mu untukku..


Al Bazzar meriwayatkan dari Aisyah Radhiyallaahu anha, dari Nabi Shallallaahu Alayhi Wa Sallam, Beliau bersabda, "Jika seorang hamba berkata, 'Wahai Rabbku empat kali, maka Allaah berfirman, 'Wahai hamba-Ku, mintalah, pasti Ku beri"

*Do'a adalah sumsumnya ibadah, karena seseorang berdo'a kepada Allaah ketika tidak punya harapan kecuali kepada-Nya, dan itulah hakikat tauhid. Tidak ada ibadah yang lebih tinggi daripada itu*
*Hendaknya seseorang yang berdo'a kepada Allaah memperhatikan adab-adabnya dalam berdo'a dan memperhatikan dengan serius kehalalan makanan, minuman, dan pakaiannya sehingga Allaah berkenan mengabulkan do'anya.

Dari Abu Hurairah Radhiyallaahu anhu, Rasulullaah Shallallaahu Alayhi Wa Sallam bersabda, "Wahai manusia sesungguhnya Allaah itu Mahabaik, tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allaah memerintahkan kepada orang-orang mukminin sebagaimana Ia memerintahkan kepada para Rasul. Allaah Ta'ala berfirman, 'Hai para rasul makanlah segala yang baik dan lakukanlah pekerjaan yang baik. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan, dan berfirman, 'Hai orang-orang yang beriman, makanlah apa-apa yang baik dari apa yang telah Kami rezekikan kepadamu', kemudian Rasulullaah Shallallaahu Alayhi Wa Sallam menyebutkan bahwa seorang laki-laki menempuh perjalan jauh, rambutnya masai dan penuh debu. Dia menadahkan kedua tangannya ke langit sambil berkata, 'Yaa Rabbi! Yaa Rabbi!' sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, maka bagaimana mungkin do'anya dikabulkan? (HR Muslim)

*sedikit berbagi cerita tentang pentingnya teliti terhadap makanan, minuman yang masuk ke dalam tubuh kita ataupun yang kita pakai.
Imam Bukhari Rahimahullaahu Ta'ala mendapat kemuliaan dari Allaah Subhanahu Wa Ta'ala, dengan mengizinkan Beliau sebagai penulis kitab Shahih Bukhari (yang menurut jumhur ulama adalah kitab tershahih nomer 2 di dunia setelah Al Qur'an) karena Ayah Beliau sangat berhati-hati dalam memberi makan kepada keluarga. Nafkah yang diberi haruslah dari keringat Ayahanda sendiri, sehingga Beliau bisa memastikan kehalalalannya.
Sungguh, pasti semua pembaca ingin seperti atau memiliki keturunan yang shalih dan faqih dalam ilmu agama layaknya Imam Bukhari Rahimahullaah, maka mari bersama-sama lebih teliti dalam perkara halal haram makanan. Allaah dan Rasul-Nya sudah menyuruh kita untuk menjaga diri dan keluarga dari siksa api neraka.



Terinspiarsi dari ucapan wanita terfavoritku, Aisyah Radhiyallaahu Anha:
"Aku ingin meninggal dalam keadaan dilupakan. Makamku hanya tanah rata biasa saja. Sungguh itu lebih baik bagiku, selama cinta Allaah dan Rasul-Nya ada bersamaku"

*dan sedikit berbagi tentang do'a*
Serta memohon maaf yang sebesar-besarnya bila ada khilaf salah yang sengaja ataupun tidak saya lakukan, Yang saya sudah sempat meminta maaf untuknya ataupun belum
'Afwaan jiddan >.< T__T
Baarakallaahu fiikum

Semoga bermanfaat
Jazaakumullaahu khayran katsiiro

Allaahu Ta'ala A'lam Bish-shawab
^__^



Sabtu, 21 September 2013

Belajar Mendegar Dari yang Diam

Diposting oleh Bonita Ayu Andhira di 06.24 2 komentar
Bismillaahirrahmanirrahiim
Lama waktu aku mengenal dia adalah sepanjang hidupnya. Bahkan sebelum ia lahir pun aku sudah sering menyapanya. Sonia Kartika Izz Zayani, keponakanku tersayang yang sekarang telah berumur 11 bulan.

Setelah puluhan tahun mengagumi makhluk Allaah yang bernama anak-anak, rasanya baru kali ini aku merasakan cinta yang begitu “tega”. Ya, tak bisa lebih dari dua minggu aku tidak bertemu, bermain, dan menggendongnya. Padahal jarak kosanku dan rumah Onya sekitar 2,5 jam dengan ongkos minimal 25.000 sekali jalan. Wajah Onya mendominasi isi setiap gadgetku, akun-akun socmed ku pun dipenuhi jua olehnya. Walaupun belum mengenal dia secara langsung, tapi sahabat-sahabatku sudah terbiasa mengirim salam untuk Onya, meminta foto Onya, dan menyimpan dp bbmku yang seringkali menampilkan wajah cantik lucunya.

Aku sering membeli dan membaca buku tentang bayi, kemudia aku cocokkan dengan kebiasaan-kebiasaan Onya. Seperti menurut “Having A Baby” karya dr. Mehmet Oz, bahwa bayi usia 4-5 bulan bayi sangat senang menjilat-jilat benda dan memasukkan ke dalam mulutnya, 6-7 bulan sedang suka sekali menunjuk-nunjuk benda, 10-12 bulan gemar mengoceh mengeluarkan suara dan meniru ucapan orang dewasa yang sering terdengar olehnya. Ya, benar saja, Onya sedang gemar mengucapkan kata “Dzee Dzee” (baca: Dedek), “Nya Nya” (Onya), “Mama”, “Ayyyah” (baca: Ayah).

Aku sudah bertekad untuk menjaga Onya dari kata-kata yang buruk atau mubadzir (tidak berguna untuk didengar) mampir di telinganya. Rasulullaah Shallallaahu ‘Alayhi Wa Sallam juga menyuruh kita untuk banyak-banyak memberikan teladan yang baik pada anak. Secara psikologis, teknik mendidik ini terbukti paling efektif. Karena tabiat anak-anak yang banyak melakukan kegiatan imitasi pada model yang paling sering dilihat dan didengarnya. Bila sudah dewasa, teladan saja sudah tidak cukup lagi, harus ada “hukuman” dan “ancaman” yang membuat ia patuh pada perintah dan jauh dari larangan.
Sebelum berangkat ke rumah Onya, atau selama di perjalanan menuju ke sana, aku selalu me-muroja’ah hafalan Al Qur’anku. Sambil berpangkuan di ayunan, atau sambil menikmati udara di taman rumah Onya, aku bacakan kepadanya ayat-ayat Al Qur’an. Begitu, dari ia belum bisa menyangga kepalanya sampai ia hampir bisa berjalan saat ini. Tidak pernah satu kalipun aku temui Onya menangis atau bosan saat aku melafalkan kalamullaah dalam Al Qur’an. Aku pernah berpikir, “Mungkin Onya anteng karena memang sifatnya begitu. Coba aku ganti bacaanku dengan nyanyian”.

Di hari yang lain, aku kembali mengkudeta Onya dari pelukan Mamanya, aku menggendong dia sambil melihat-lihat bunga di halaman. Aku dendangkan untuknya lagu anak-anak yang dahulu dinyanyikan oleh Tasya. Tak disangka, Onya yang semula bersandar dengan tenang di lengan dan dadaku, langsung beranjak menaikkan punggungnya. Ia terlihat  kaget dengan suara yang keluar dari mulutku, berbeda dari biasanya.

Aku teruskan nyanyianku sampai mengalun beberapa lagu. Yah, mungkin saja Onya terhenyak di awal karena suaraku yang bagus (kalau diam). Tapi tak hanya di permulaan nyanyian saja, hampir sepanjang lagu ia menatapku dengan serius sekali. Kemudian aku memutuskan untuk bertanya kepadanya, “Kenapa sayang? Dzee Dzee Nya Nya nggak suka yah sama lagunya?” Onya tetap terdiam dengan mata bulatnya yang terus terbuka. “Hmm, suara aku jelek yah? Maaf ya cantik. Oke deh aku diem”. Ia tetap diam dengan tatapan yang belum beranjak dari wajahku. “Hehe, kenapa sih shalihah, meuni serius gitu liat akunya. Dzee Dzee nggak suka lagu? Sukannya ayat-ayat Qur’an yah?”. Entah karena bosan dengan pertanyaanku atau bosan melihat wajahku, Onya mengalihkan pandangannya sambil menepuk-nepukkan tangannya di dadaku”.

Aku mulai membacakan lagi hafalanku di depannya. Tak diduga tak dinyana, Onya langsung menyandarkan kembali punggung dan pundaknya di lenganku. Sambil tangannya beberapa kali menyentuh wajahku. Ia memberikan senyum terbaik untukku di hari itu. Ya Allaah, indah sekali dunia ini. Aku cium jemari kecilnya yang menyentuh-nyentuh bibirku. Aku bereskan hafalan ku setengah juzz kemudian masuk ke dalam rumah karena hari sudah hampir maghrib. Di dalam rumah, aku katakan kalimat ini padanya, dalam posisi kami yang duduk berhadapan, “Sayang shalihah cantik, dari kecil aja dedek Onya udah menjaga lantunan Qur’an, dedek nggak suka nyanyian. Insyaa’ Allaah sampai besar nanti, selama hidup, dedek Onya jadi penjaga Qur’an yah. Jadi keluarga Allaah di dunia, yang nanti di syurga bisa ngasih mahkota dari cahaya buat Ayah, buat Mama. Okeh?”, kataku sok asik sambil menyodorkan tangan untuk “cas”. Onya hanya memperhatikanku sambil mengoceh yang entah apa artinya, tapi samar-samar terdengar seperti “ya, ya”. Tak sampai di situ, Onya juga menyambut cas-an tangan yang aku tawarkan.


“Aduh si cantik, kayak ngerti aja nih. Siapa sih yang ngajarin?”, tanyaku lagi. Onya diam. Ahhh, tapi diamnya kali ini justru membuatku mengerti.
Allaah...
Allaah..
Allaah lah yang mengajarinya.
Allaah yang selalu melindunginya, mengizinkannya untuk cenderung kepada kebaikan.
Tak terasa rintik-rintik kecil membasahi wajahku. Ku perhatikan benar wajah Onya. Hanya senyum dan senyum saja yang ia tampilkan setiap hari. Beginilah fitrah manusia. Cenderung pada yang baik dan hanya menampilkan kebaikan.
Langsung aku ambil kaca pembesar imajiner dan aku arahkan pada hatiku.
Yaa Rabb, yaa Allaah, duhai Tuhanku..
Bersihkanlah ia, karena hanya dengan izin-Mu bisa ku hilangkan kotoran-kotoran hati ini.
Condongkanlah ia selalu kepada kebaikan.

Yaa muqolibbal quluub tsabiit quluubana ‘alaa diinika
Duhai Yang Mengenggam Hati, teguhkan hatiku di atas agama-Mu.

Rabbana hablanaa min azwaajinaa wa dzurriyyatinaa qurrata a’yunin waj-‘alnaa lil-muttaqiina imaama (QS Al Furqaan: 74)
Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami, pasangan kami dan keturnan kami sebagai penyejuk mata kami, dan jadikan kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa

*suatu hari aku sedang menggendong Onya dan bersama salah satu wanita paling aku cintai di dunia.
Aku sampaikan pada Beliau (setelah bermain sana sini, liat itu ini, putar kanan kiri dengan Onya),
“Ummi, Onya suka banget loh sama hewan-hewan”, Beliau yang tercinta menjawab: “Pantesan dia nempel sama kamu”
...............................................................
...............................................................
*kemudian ada hening yang panjang*




Senin, 09 September 2013

Membentuk Akidah Anak

Diposting oleh Bonita Ayu Andhira di 23.42 0 komentar
Bismillaahir rahmanir rahiim
Membentuk Akidah Anak

­                “Fitrah Allaah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allaah. (Itulah) agama yang lurus” (QAS ar-Ruum: 30)
                Dari Abi Hurairah Radhiyallaahu ‘anhuma, Rasulullaah Shallalllaahu ‘Alayhi Wasallam bersabda, “Tidakklah seorang anak dilahirkan melainkan dilahirkan di atas fitrah. Namun, kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti seekor hewan yang melahirkananak yang lengkap (tidak cacat), apakah dapat kalian temukan ada di antara keturunannya yang cacat?” (HR Bukhari)

Lima dasar asasi yang Rasulullaah Shallaahu ‘Alayhi Wasallam ajarkan kepada kita antara lain:
1.       Mentalqin anak untuk mengucapkan kalimat tauhid
2.       Menenamkan cinta kepada Allaah subhanahu wa Ta’ala
3.       Menanamkan cinta kepada Nabi Shallallaau ‘Alayhi Wasallam, keluarga Beliau, para sahabat Beliau
4.       Mengajarkan al-Qur’an kepada anak
5.       Pendidikan untuk tetap teguh dan rela berkorban demi akidah

Imam Al-Ghazali rahimahullaah menjelaskan tentang pentingnya menanamkan akidah dan mentalqinnya sejak kecil agar anak tumbuh dengannya. Beliau mengatakan, “Perlu Anda ketahui penjelasan kami tentang definisi akidah harus diberikan kepada anak-anak sejak masa permulaan pertumbuhannya agar dia dapat menghafalnya. Kemudian bersama dengan pertumbuhannya,dia akan memahami maknanya sedikit demi sedikit. Dimulai dengan menghafal, kemudian memahami, lalu diikuti dengan meyakini dan membenarkannya. Itu ditemukan dalam diri anak tanpa ada bukti apapun yang dijelaskan. Merupakan karunia Allaah Subhanahu Wa Ta’ala kepada hati manusia di awal masa pertumbuhannya untuk beriman tanpa memerlukan bukti maupun penjelasan terlebih dahulu”.
                “Dalam menanamkan akidah dan meneguhkannya, bukan dengan cara mengajarkan berbicara dan berdebat, tetapi dengan menyibukkan membaca al-Qur’an dan tafsirnya, hadits dan maknanya, serta menyibukkan diri dengan aktivitas ibadah. Sehingga, akidahnya semakin kokoh dengan apa yang mengulik pendengarannya dari dalil-dalil dan berbagai hujjah al-Qur’an, dengan berbagai bukti dan pelajaran yang didapat dari hadits serta dengan yang dapat dia kerjakan dari cahaya dan aktivitas ibadah.”
“Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan-keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka, dan Allaah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Rabbmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau rabb kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan tuhan)” (QS Al ‘Araf: 172)

Mentalqin Anak Untuk Mengucapkan kalimat Tauhid
Diriwayatkan dari al-Hakim dari Ibn Abbas radhiyallaahu ‘anhuma, Rasulullaah Shallaahu ‘Alayhi Wasallam bersabda, “Ajarkanlah kalimat pertama kepada anak-anak kalian Laa ilaaha Illallaah, dan talqinkanlah ketika akan meninggal dengan Laa Ilaaha Illallaah.
Diriwayatkan oleh ‘Aburazzaq dengan lafal:
“Mereka suka apabila si anak pertama kali dapat berbicara untuk mereka ajarkan kalimat Laa Ilaaha Illallaah sebanyak tujuh kali, sehingga itulah kalimat pertama yang diucapkannya”
Imam Ibnul Qayyim rahimahullaah dalam kitab Ahkaamul Mauluud mengatakan, “Pada waktu mereka bisa berbicara, mereka ditalqin dengan kalimat ‘Laa Ilaaha Illallaah Muhammad Rasulullaah.’ Hendaknya yang masuk pertama kali dalam telinga mereka adalah pengenalan terhadap Allaah Subhanahu Wa Ta’ala, menauhidkannya, bahwasanya Allaahu Subhanahu Wa Ta’ala berada di atas ‘Arsy, Melihat, Mendengar perkataan mereka, dan Allaah selalu bersama mereka di manapun mereka berada. Bani Israil sering kali memperdengarkan kepada anak-anak mereka ‘Emmanuel’ yang artinya ‘Tuhan bersama kita’. Oleh karena itu, nama yang paling Allaah cintai adalah Abdullaah dan Abdurrahman, yang kalau si anak mengerti dan memahami artinya, dia akan sadar bahwa dia adalah hamba Allaah, dan Allaah adalah Rabb sekaligus Walinya”.
Dari Abdul Karim bin Abi Umayyah, Rasulullaah Shallalllaahu ‘Alayhi wasallam mengajarkan kepada anak dari Bani Hasyim, apabila sudah mulai bisa bicara, ayat: Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allaah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah dengan pengagungan yang sebesar-besarnya” (QS Al-Israa: 111)
Diriwayatkan dari Imam Ahmad rahimahullaah dari al-Walid bin Ubadah berkata:
Aku menjenguk Ubadah yang saat itu sedang sakit. Aku bayangkan dia sudah mau meninggal. Aku katakan, “Bapakku, nasihatilah aku dan berusahalah untukku.” Dia mengatakan, “Dudukanlah aku.” Setelah mereka mendudukannya, dia melanjutkan, “Anakku, sesungguhnya engkau belum merasakan kelezatan iman dan belum sampai pada hakikat ilmu tentang Allaah sampai engkau beriman kepada takdir baik ataupun buruk.” Aku bertanya, “Bapakku, Bagaimana aku tahu takdir baik atau buruk?” Dia katakan, “Engkau yakin bahwa apa yang luput darimu, tidak akan pernah menimpamu, dan apa pun yang menimpamu, tidak akan pernah luput darimu. Wahai anakku, sesungguhnya aku mendengar Rasulullaah bersabda: “Sesungguhnya pertama kali Allaah menciptakan Qalam, Allaah memerintahkan, “Tulislah!” Sejak saat itu, ia terus menulis apa yang terjadi sampai hari kiamat.” “Wahai anakku, apabila engkau mati tanpa berbekal itu, engkau pasti masuk neraka.” Diriwayatkan pula oleh at-Tirmidzi dengan komentar: hasan shahih gharib.
Metode paling dasar yang Rasulullaah Shallallaahu ‘Alayhi wasallam ajarkan kepada kita dalam mendidik anak adalah dengan keteladanan. Maka dari itu, menjadi wajib hukumnya bagi setiap orang tua untuk meluruskan aqidah, beribadah ikhlas karena Allaah, dengan cara yang dicontohkan Rasulullaah.


SEMANGAT PARA CALON UMMAHAT YANG MENGEJAR AKHIRAT !!
Allaahu Ta’ala A’lam Bish Shawab

J

Jumat, 06 September 2013

Dibalik "Katakan yang Benar Walaupun Pahit"

Diposting oleh Bonita Ayu Andhira di 23.16 1 komentar
Bismillaahir rahmanir rahiim
Assalaamu'alaykum warahmatullaahi wabarakaatuhu

Sering kali kita dengar para penyeru kebenaran mengatakan "Katakan yang benar walaupun pahit"
Kalimat yang benar tapi kerap kali disalahgunakan sebagai pembenaran dari ketidaksempurnaan akhlaaq para penyeru kebenaran tersebut.


Dari Abi Dzar Al Ghifari, Rasulullaah Shallallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda, "Katakan yang benar walaupun pahit dan janganlah kamu gentar terhadap cercaan orang yang mencerca"
(HR. al-Baihaqi)

Al ustadz Salim A. Fillah mengajarkan kepada saya, bahwa sangat tidak bisa bila kita ingin memahami Al Qur'an hanya dengan membaca terjemahannya saja. Minimal kita harus mempelajari tafsir, itupun sebetulnya belum cukup. Subhanallaah, Maha Suci Allaah, Maha Luas 'Ilmu Allaah Subhanahu Wa Ta'ala, semoga Ia mengizinkan kita untuk memahami setetes atau setengah tetes atau kurang dari itu keluasan bahtera 'ilmu-Nya. Allaahumma aamiin.

Hadits riwayat al-baihaqi itu memang shahih, namun harus dipelajari  asbabun nuzul turunnya hadits tersebut dan yang terpenting pemaknaannya yang sesuai dengan pemahaman para salafus shalih.

Alkisah seorang pedagang mendatangi Rasulullaah Shallallaahu 'Alayhi Wasallam dan mengatakan,
Fulan: "Celaka aku, wahai Rasullaah, sungguh celaka, celaka !". 

Rasululullaah Shallallaahu 'Alayhi Wasallam bertanya, "Celaka mengapai hai, fulan?". 

Pedagang itu menjawab, "Aku baru saja ditipu ya, Rasul. Aku membeli barang dagangan dari seseorang, aku lihat sampelnya, semua barangnya bagus. lalu aku memutuskan untuk membelinya dalam jumlah besar. Namun setelah usai ijab qobul pembelian, aku kaget bukan kepalang karena barang yang datang tidak sama dengan sampelnya. Banyak sekali cacatnya, bisa rugi besar aku karena ini. ya Rasul, bolehkah aku membungkus barang-barang dagangan ini agar tidak terlihat cacatnya dan aku jual dengan harga lebih murah agar setidaknya aku mendapat uang kembali dari modal yang telah aku keluarkan?"

Kemudian Rasulullaah Shallallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda, "Katakan yang benar walaupun pahit dan janganlah kamu gentar terhadap cercaan orang yang mencerca "
(HR. al-Baihaqi)

Perlu digarisbawahi, diberikan stabilo tebal, ditempelkan di depan dahi kita, kemudian dimasukkan ke dalam kepala dan hati kita, bahwasanya hadits ini mengajarkan kita untuk mengatakan hal yang benar sekalipun itu PAHIT UNTUK DIRI KITA SENDIRI.
Betapa Uswatun Hasanah kita menyuruh pedagang tersebut untuk tetap berkata jujur walaupun itu dapat menyebabkan kerugian materi yang sangat besar untuknya.

Ya Rabb, ampuni kami yang seringkali dengan kebodohan kami mendzalimi diri kami sendiri dan orang lain.
Kami gunakan firman-firman agung-Mu dengan pemahaman yang salah untuk melindungi diri dari dianggap salah oleh orang lain.

Sekarang, sudah sangat jelas bagi kita, bahwasanya hadits "Katakan yang benar walaupun pahit" ini bukan legalisasi kecacatan akhlaaq kita dalam menyampaikan suatu perkara *sekalipun itu benar* kepada orang lain.
Kerap kali yang tidak bisa diterima oleh orang lain bukanlah isi dari pesan kita, melainkan cara kita menyampaikannya.

Katakan yang benar walaupun pahit,
Tetaplah berpegang teguh pada kebenaran sekalipun ia membuatmu tersakiti dari kanan, terlukai dari kiri, terjegal dari depan, dan tertusuk dari belakang. Tidak apa, saat kondisimu terhimpit dari segala sisi, itu justru jalan yang Allaah Subhanahu Wa Ta'ala berikan agar Engkau lebih mudah melihat ke atas.
Baarkah Allaah, Baarkah Allaah..
Apalagi yang kita cari bila bukan baarakah Allaah?
Tak apa pahit selalu mengiringi selama baarkah Allaah tetap bersamai

Allaahumma baarik lanaa fii tsamarinaa, wa baarik lanaa fii madiinatinaa, wa baarik lanaa fii sha'innaa, wa baarik lanaa fii muddina.

Sungguh isi tulisan ini yang paling utama adalah nasihat untuk diri saya sendiri.

Akhirul kalaam,
#Keep Calm And Read Qur'an
Baarakallaahu fiikum 
:)




Kamis, 05 September 2013

Bukan Cinderella

Diposting oleh Bonita Ayu Andhira di 03.46 0 komentar
Bismillaah
Entah mengapa tiba-tiba kisah ini mampir di kepala saya.
Baiklah, saya putuskan untuk menuliskannya saja sebelum saya lupa.

Alkisah, seorang wanita muda yang lugu dan naif sedang belajar mengenal dunia yang berbeda dari kebiasaan di sekitarnya.
Sang teman pernah berkata pada dirinya, "Kamu orang yang terlalu baik, terlalu lurus. Semua temanmu lurus, sejarah hidupmu tidak ada yang melenceng. Cobalah sekali-kali bergaul dengan dunia yang sedikit berkelok"
Awalnya, wanita muda itu terkejut dengan perkataan temannya. "Masa iya? Aku rasa aku tidak sebaik dan selurus itu", ujarnya dalam hati.

Sejak saat itu ia bertekad untuk menempuh jalan menanjak, mendaki bersama para pejuang perjalanan panjang, berguru kepada para penakluk yang sudah lebih dulu memulai pendakian ini.

Lelah,
Sunggu sangat melelahkan.
Sedih? ya, terkadang ia merasa keadaannya sangat menyedihkan.
Tapi menangis dan meratapi hanya akan membuat dirinya tertinggal dari rombongan perjalanan.
Ia terus melangkah sampai ia sendiri lupa bahwa dirinya sedang lelah.

Waktu berlalu,
Banyak hal yang ia pelajari dari para rekan dan guru.
Bahwa orang hebat bukanlah orang yang tidak pernah jatuh
Orang hebat justru orang yang selalu terluka
Sehingga lupa ia pada sakit yang seharusnya ia rasa

Satu hal yang selalu ia yakini, bahwa Tuhan telah menyiapkan sepatu terbaik untuk bekalnya menapaki perjalanan ini
Ia memang tak secantik Cinderella,
Tapi nasibnya jauh lebih beruntung daripada putri kerajaan yang melegenda itu
Tuhan memberinya sepasang sepatu yang tidak berubah dimakan waktu
Segala nikmat yang diterimanya adalah nyata
Bukan kereta kuda sementara dan pengawal yang setelah habis waktunya kembali menjadi hewan durjana
Dan terakhir, ia sangat percaya bahwa Tuhan tidak akan memilihkan pangeran untuknya, yang hanya melihat ia dari ukuran sepatunya, dari kecantikan fisiknya, dan dari seberapa hebat ia berdansa
Ia tidak harus seorang diri menaiki puluhan anak tangga untuk bertemu dengan pangeran yang sudah menunggunya di dalam kerajaan
Ia justru berada bersama orang-orang yang berjuang bersama dalam pendakian
Mungkin ini adalah hal terakhir yang bisa ia ceritakan,
Ia tidak ingin berkorban untuk orang yang hanya menunggunya di puncak gunung !




Selasa, 03 September 2013

Strategi dan Tipu Daya Setan Dalam Menyesatkan Manusia

Diposting oleh Bonita Ayu Andhira di 01.32 2 komentar
Bismilllaahir rahmanir rahiim
Assalaamu'alaykum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu

Astaghfirullaahal 'adziim
>,<
Mulai saat ini aku bertekad untuk berhenti menjadi seorang yang egois.
Banyak berguru, banyak membaca, tapi tak kunjung membagi ilmu !!

Allaahul Musta'an, aku berlindung kepada Allaah dari kedzaliman diriku sendiri

In Syaa' Allaah, mulai sekarang akan aku ikhtiarkan untuk minimal menuliskan ilmu-ilmu yang bermanfaat yang aku dapatkan dari majelis-majelis ilmu yang aku datangi atau dari cerita-cerita orang atau dari pengalamanku yang beribroh baik dan layak dibagi atau dari buku-buku yang aku baca. Tulisan pertama adalah ta'lim yang paling hangat dan manfaat dari Al Ustadz Abu Haidar, In Syaa' Allaah.

Strategi dan Tipu Daya Setan Dalam Menyesatkan Manusia

Oleh: Al Ustadz Abu Haidar
Majelis Ta'lim Masjid Raya Cipaganti
Selasa, 02 September 2013

Sumpah iblis saat menggoda Adam,
"Demi Allaah, kami benar-benar orang yang memberi nasihat" (QS Al-A'raf: 21)
Iblis berpura-pura menjadi orang yang memberi nasihat kebaikan, padahal apa yang ia lakukan hanyalah menjerumuskan manusia pada kesesatan.

Ada sebuah kisah tentang Bani Israil yang diriwayatkan oleh Wahab bin Munabbih
Dari hadits Rasulullaah Shallallaahu 'Alayhi Wasallam,
Diperbolehkan bagi seorang muslim untuk menceritakan kisah tentang bani israil, selama hanya sebatas kisah untuk memberi pelajaran, tidak untuk mentapkannya sebagai syari'at.

Ada seorang ahli ibadah dari kalangan Bani Israil. Ia terkenal dengan hubungannya yang baik dengan Allaah dan manusia. Di waktu yang sama, ada 3 orang pemuda bani israil yang bersaudara. 3 pemuda ini mendapat kewajiban untuk berperang, tapi mereka merasa kebingungan, karena mereka memiliki seorang adik perempuan yang masih perawan. Mereka khawatir apabila adik mereka tidak dititipkan, akan terjadi sesuatu yang buruk

Akhirnya, mereka berembuk dan memutuskan untuk menitipkan adik perempuannya pada seorang ahli ibadah. Awalnya, ahli ibadah itu menolak, karena ia khawatir setan akan mengodanya dan menjerumuskannya pada kema'siyatan. Ia meminta perlindungan dari Allaah atas tawaran tersebut.

Tiga orang pemuda itu tidak patah semangat, mereka memberikan argumen-argumen logis untuk meyakinkan ahli ibadah itu. "Kami khawatir keburukan akan menimpa adik kami bila ia kami titipkan pada orang yang jahil. Tega kah kamu hai ahli ibadah bila hal itu sampai terjadi?"
Dengan syarat pisah tempat tinggal, ahli ibadah itu menerima permintaan 3 pemuda bani israil tersebut.
Wanita itu dititipkan kepadanya sampai ketiga kakaknya pulang dari medan perang.

Setiap hari, wanita dan pemuda ahli ibadah itu tidak pernah bertemu. Sang ahli ibadah memberi makan wanita itu dengan cara meletakkannya di depan tempat ibadah, kemudian wanita itu mengambilnya dan makan di rumahnya sendiri.

Setan tak henti-hentinya membisikkan rayuan manis kepada ahli ibadah itu, "Berikanlah makanan ini ke depan rumahnya. Bukankah tidak baik membiarkan seorang wanita muda keluar dari rumahnya? Suatu kebaikan bila kamu melakukan itu"
Satu, dua, tiga, kali setan membisikkan, ia tidak tergoda. Setelah cukup lama dirayu, akhirnya ahli ibadah itu berganti manaruh tempat makanan di depan pintu rumah wanita itu.

Waktu berjalan, setan membisikkan tipuan lain. "Masukkan tempat makanan itu ke rumahnya. Itu lebih baik karena kau lebih menghargainya. tak tahukah engkau bahwa ia sendirian di rumah dan tidak memiliki teman sama sekali? Bisa jadi ia membutuhkan pertolonganmu"
Berkali-kali digoda, ia tetap teguh. Setan yang sudah bersumpah kepada Allaah untuk menggoda manusia sampai akhir zaman, tetap berusaha menjerumuskan ahli ibadah itu pada kema'siyatan.

Keinginan setan itu terkabul, ia memberikan makanan ke dalam rumah sang wanita dan ia melihat wajah cantik wanita itu. Syahwat bertiup-tiup di dalam dirinya. Di hari pertama, ia berhasil meredam syahwatnya.
Karena sudah terlalu sering melakukan pandangan yang haram itu, ia tergoda dan berzina dengan sang wanita sampai ia hamil.
Ingatlah ikhwati fiillaah, sesungguhnya pandangan yang haram adalah panah beracun yang ditancapkan oleh setan. Maka senantiasa jagalah pandangan agar Allaah memberikan kekhusuyu'an, ketenangan, dan keni'matan dalam beribadah.
Mangga dilihat lagi QS An Nur ayah 30-31. ^__^
Allaah memerintahkan mu'minin dan mu'minah untuk menundukan pandangan.

Sebentar lagi, 3 pemuda itu kembali dari medan perang. Setan membisikkan tipu daya lain pada ahli ibadah itu, "Sebentar lagi kakak wanita yang kau hamili pulang, bila mereka mengetahui kejahatanmu, maka kau pasti akan dipenggal. Maka bunuhlan bayi itu dan bungkam ibunya"

Karena perasaan yang sangat kalut, ahli ibadah itu melaksanakan bisikan syetan. Ia bunuh bayi itu dan dikuburkannya. Sejenak ia merasakan ketenangan.
Tak lama setelah itu, setan menggoda lagi, "Bunuh saja ibunya, karena belum tentu ia bungkam. katakan pada kakak-kakaknya bahwa ia sakit keras sampai tidak bisa ditolong"
Sang ahli ibadah berpikir "Benar juga"
Akhiranya tipu daya setan itu ia lakukan lagi, dibunuhlah wanita itu dan dikubur bersama bayinya.

Saat 3 pemuda itu datang, sang ahli ibadah mengatakan bahwa adiknya meninggal karena sakit keras. Mereka percaya karena kebaikan dan keshalihan ahli ibadah itu sudah terkenal di kalangan bani israil.

Setan belum berhenti meberikan tipu dayanya. Ia masuk ke dalam mimpi pemuda-pemuda bani israil itu. Ia menjelma sebagai seorang musafir yang bertanya, "Di mana adik kalian?" Pemuda bani israil menjawab "Ia sakit sampai meninggal". Setan menimpali, "Cobalah kalian gali kuburannya, siapa tahu ada mayat lain yang dikuburkan bersamanya"
Dalil bahwa setan bisa mengintervensi manusia lewat mimpi:
"Sesungguhnya mimpi buruk itu datangnya dari setan dan mimpi baik datangnya dari Allaah" -Hadits-
*'afwaan ada beberapa hadits yang tidak dicantumkan perawinya, karena Al Ustadz tidak menyampaikan dan saya belum mencari perawinya.
Mimpi itu datang kepada 3 pemuda banis israil dengan berulang-ulang. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk menemui sang ahli ibadah dan menggali kubur adiknya.

Benar saja, di dalam kubur itu ditemukan 2 mayat yang berdampingan. Pemuda-pemuda itu sangat marah dan hendak memenggal kepala pemuda ahli ibadah. Sang pemuda ahli ibadah meiminta ampun kepada pemuda-pemuda itu. Pemuda-pemuda bani israil itu mengatakan "kami akan mengampunimu bila engkau mau bersujud di bawah kaki-kaki kami !!"
Pemuda ahli ibadah itu kaget bukan kepalang. Tak pernah terpikirkan sebelumnya, setelah ketaatannya yang lama kepada Allaah, saat ini ia harus bersujud di bawah kaki manusia. Tapi karena ketakutan yang luar biasa dan bisikkan syetan yang tak henti menggoda, ia mau bersujud pada para pemuda itu.
Tapi apa yang terjadi? Mereka tetap memenggal kepala ahli ibadah itu saat ia bersujud. Saat itu setan tertawa terbahak-bahak sambil mengatakan "Aku berlepas darimu dari apa yang kau lakukan kepada Allaah. Sesungguhnya aku juga takut kepada Allaah Azza Wa Jalla"
Na'udzubillaahi min dzalik, pada akhir hidupnya, pemuda yang terkenal dengan kebaikan dan keahliannya dalam ibadah, harus meninggal dalam keadaan su'ul khatimah.
Tsumma Na'udzubillaah

Catatan penting:
1. Setan menjerumuskan manusia dengan berpura-pura mengajak pada kebaikan
2. Setan menggoda manusia secara bertahap, ia tidak akan berhenti menggoda manusia, mengajak pada kerugian dan kesesatan.

Nasihat Ustadz Abu Haidar tentang kehidupan:
Selama hidupnya, manusia akan mengalami kehidupan di 4 alam:
1. Alam rahim: 9 bulan (masa yang paling cepat)
2. Alam dunia: rata-rata 60-100 tahun
3. Alam kubur: sampai hari kiamat tiba
4. Alam akhirat: alam yang kekal
Sudah seharusnya kita menyiapkan bekal terbaik untuk kehidupan yang sebenarnya di alam akhirat ini.
Al Ustadz mencontohkan:
Bila kita pergi ke Jakarta, membawa  bekal 50.000 rupiah untuk hidup 1 minggu, apa yang terjadi?
Kita pasti kesulitan, kelaparan, pulang ke Bandung dengan jalan kaki. (terbayang sekali sulitnya perjalanan seperti itu)
Bila kita ke Surabaya?
Harus disiapkan bekal yang lebih besar lagi.
Bagaimana bekal untuk ke akhirat? kehidupan manusia yang sebenarnya. Waktu tidak akan berakhir di sana. Ikhwati fiillaah, sesungguhnya dunia bila dibandingkan dengan akhirat bagaiakan setetes air yang jatuh dari jemari kita setelah dicelupkan ke dalam lautan luas. tetes air itu adalah kehidupan dunia dan air laut seluruhnya itu adalah kehidupan akhirat. *kemudian penulis berlinang air mata*
1 hari di akhirat = 50.000 tahun di dunia
Suatu hari, Rasulullaah Shallallaahu 'Alayhi Wasallaam berjalan bersama para sahabat dan Beliau Shalallallaahu 'Alayhi Wasallam melihat ada bangkai seekor kambing yang telinganya terputus. Kemmudia Beliau bertanya kepada para sahabat, "Adakah di antara kalian yang ingin membeli kambing ini dengan harga 1 atau 2 dirham?", Sahabat menjawab, "Tidak, ya Rasulullaah". Rasulullaah kembali bertanya, "Bagaimana bila diberikan dengan gratis, adakah yang bersedia membawa?" Sahabat menjawab lagi, "Tidak, ya rasulullaah. Sesungguhnya saat hidup pun kambing ini sudah tidak berharga, apalagi ia sudah menjadi bangkai. Rasulullaah bersabda, "Sesungguhnya, dunia bila dibandingkan dengan akhirat adalah jauh lebih hina daripada bangkai kambing yang telinganya putus ini!"

Strategi Setan Dalam Menyesatkan Manusia
1. Manusia dibuat lupa dalam beribadah kepada Allaah
2. Manusia dibuat lupa pada hal-hal tertentu yang menjerumuskannya pada kema'siyatan dan kesesatan
"Nabi Adam 'Alayhis Salam diberikan usia 1000 tahun oleh Allaah Subhanahu Wa Ta'ala, tapi karena Adam tahu nabi Daud 'Alayhis Salam diberikan usia yang pendek oleh Allaah, maka Adam memohon kepada Allaah, agar 40 tahun usianya diberikan kepada Nadi Daud. saat usia Beliau menginjak 960 tahun, malaikat maut datang dan Adam lupa bahwa usianya hanya 960 tahun, bukan 1000 tahun. Rasulullaah Shallallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda "Adam lupa, maka lupa pula anak-anaknya" (HR At Tirmidzi dan al Hakim) Shahih menurut Syaikh Al Albani Rahimahullaahu Ta'ala
*Ibroh: Lupa, bagi manusia memang urusan kebiasaan yang diturunkan.

Kasus-Kasus Lupa dalam Al Qur'an akibat godaan setan:
1. QS Yusuf: 42
Saat Nabi Yusuf 'Alaihis Salam dipenjara bersama 2 orang rekannya, rekannya bermimpi dan Nabi Yusuf berhasil menta'wil mimpinya (kisah mimpinya in Syaa' Allaah sudah tahu, ya. agak pegal ngetiknya nih. hehe :D *dipentung*). Nabi Yusuf berpesan pada temannya yang bebas untuk memberi tahu pada Raja bahwa ia dipenjara padahal ia tidak bersalah, dan teman Yusuf itu lupa menyampaikannya.

2. QS Al-Kahfi: 63
Ini adalah kisah saat Nabi Musa ingin menemui Nabi Khidr di pertemuan antara air tawar dan air asin dan Yusya' bin Nun sang pengemudi kapal lupa, ia kehilangan jejak ikan pemandu (in Syaa' Allaah sudah pada tahu juga yah :D)

3. QS Al-An'am: 68
Allaah melarang kita duduk-duduk bersama orang-orang yang sesat pemikirannya. Mereka memakai dalil Qur'an dan sunnah tapi disamapaikan dengan alat yang salah, dengan pemahaman yang tidak benar, tidak sesuai dengan pemahaman generasi salafus shalih.
Mungkin kita pernah terlupa, atau dibuat lupa oleh setan dengan mengikuti majelis-majelis itu, maka segeralah bertaubat dan jangan mengulanginya lagi.
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhuma, Beliau berkata kepada Rasulullaah "Ya Rasul, aku mendapat bisikan, bila aku ingin berlindung dari setan, aku harus membaca ayat kursi". Rasulullaah menjawab "Benar, tapi itu dari setan".
Setan akan menggoda kita dengan tipuan "Ayolah, Rasulullaah saja membiarkan Abu Hurairah mendengar setan. Apalagi manusia? wajib kita dengar" padahal manusia-manusia itu membawa kesesatan.

Kiat-kiat agar tidak terjerumus pada godaan setan:
1. Dzikrullaah
2. Iman dan tawakkal
3. Ikhlas dan mutaba'ah
4. Taqwa dan istighfar
5. Banyak membaca Al Qur'an
6. Isti'adzah (ta'awudz)
7. Menjauhi jalan dan langkah setan
8. Menjauhi diri dari mudahnya setan menggoda kita

FOR US TO KNOW
1. Ada beberapa hadits tentang hukum aqiqah. Ada yang mengatakan dapa da hari ke 7, 14, dan 21.
Hadits yang shahih adalah aqiqah dilaksanakan pada hari ke 7, sambil memberi nama, dan mencukur rambut bayi untuk ditimbang dan ditukar seharga perak untuk disedekahkan kepada faqr misikin.

2. Hukum wajib kurban untuk keluarga: hanya 1 orang dalam keluarga. Tapi, jika anak-anak atau istri sanggup berkurban dengan hartanya, maka baik bagi mereka untuk berukurban. Sedangkan hukum wajibnya hanya 1 kurban, sekalipun keluarga itu terdiri dari 15 anggota.

3. Orang yang muflis (bangkrut), apakah muflis di alam akhirat (setelah hisab) atau sudah bangkrut sejak dalam alam kubur?
In Syaa' Allaah, kita sudah tahu bahwa orang yang dzalim kepada manusia dan belum meminta maaf, kelak di akhirat akan mengalami kebangkrutan. Pahala yang ia miliki akan diambil oleh orang yang ia dzalimi. Bila pahalanya habis, maka dosa orang yang didzalimi itu akan berpindah padanya. wa iyadzubillaah :( :(
Nah ternyata, orang-orang muflis ini tidak hanya rugi di akhirat saja, tapi sejak di alam kubur ia telah disiksa. dan tahukah teman-teman, bila alam kubur mudah kita lewati, maka alam selanjutnya pun akan mudah. tapi bila adzab kubur menimpa kita, maka alam selanjutnya akan jauh lebih berat.
Allaahul Musta'an
*dzikrul maut*

Allaahu Ta'ala A'lam Bish Shawab




 

RUANG CAHAYA Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Emocutez