Minggu, 24 Februari 2013

Antara Aku, Dia, dan Demokrasi

Diposting oleh Bonita Ayu Andhira di 01.27 0 komentar

Assalamu’alaykum warrahmatullahi wabarakatuh
Hari ini, 24 Februari 2013 Jawa Barat mengadakan hajat besar demokrasi, yakni pemilihan umum Gubernur Jawa Barat periode 2013-2018.
Insya Allah, kali ini saya akan berbagi tentang demokrasi.
Sebelumnya, bagi siapa saja yang belum mengenal saya (maklum saja, karena saya memang bukan siapa-siapa)  atau baru pertama kali membaca tulisan saya,
Saya Insya Allah adalah seorang hamba Allah, anak ke dua, mahasiswi tingkat akhir, dan seorang teman yang sangat hai bila sudah dimode hai kan terlebih dahulu.
Tulisan ini bukan artikel panjang nan berat, saya hanya ingin memberikan rekaman diskusi saya dengan salah seorang teman dalam bentuk tulisan. Sebuah diskusi audio yang saya coba visualkan

Bismillahirrahmanirrahiim
J *senyum dulu*
Saya dan dia, mari sebut ia dengan “cinta” adalah sahabat yang cukup dekat. Kami dekat secara lahir dan Insya Allah bathin.
Ada yang berbeda dari kedekatan saya dan cinta. Kami bukanlah bunga di satu pekarangan yang sama, kami lebih tepat digambarkan sebagai pensil warna di dalam wadahnya.
Ya, warna kami berbeda. Tapi justru hal inilah yang membuat saya betah berlama-lama dengan cinta. Kami terbiasa melukis bersama, memberi warna pada gambar-gambar kosong alam semata.
Hari itu adalah hari yang biasa,
Hari di mana kami sedang asyik berdua untuk saling menjaga, dengan komitmen saling mengingatkan hafalan agar terhindar dari ketiduran di kosan.
Setelah hampir rampung hafalan kami, saya memulia pembicaraan saya dengan cinta.
Saya: Menurut kamu, pemimpin yang shaleh itu penting nggak sih?
Cinta: Penting banget.
Saya: Jadi, kalau misalnya ada pemilu, kamu akan memilih pemimpin yang shaleh?
Cinta: aku golput.
Saya: kenapa?
Cinta: Karena milihnya lewat sistem demokrasi. Walaupun inputnya bagus, kalau sistemnya salah, outputnya tetep jelek.
Saya: Kamu benci ya sama demokrasi?
Cinta: Iya
Saya: Sama, aku juga. Sistem yang dangkal banget. Suara orang yang faham sama orang yang ga ngerti apa-apa kedudukannya sama.
Cinta: Em, aku mau nanya, tapi habis ini kita easy going aja ya.
Saya: iya, ada apa?
Cinta: kalo kamu benci, kenapa kamu ikutan demokrasi?
Saya: Aku benci demokrasi, makanya aku ingin menghancurkannya. Yahudi sudah menginjak-injak kita dengan produknya. Aku ingin kita balik menginjak demokrasi dengan sepatu Yahudi sendiri. Di Turki, di Mesir, sudah mulai terlihat bukti betapa demokrasi bisa menjadi senjata makan tuan bagi ibunya sendiri.
Cinta: Turki? Kamu tau nggak kalo di Turki wanita berjilbab dikenankan pajak yang besarnya sesuai dengan panjang jilbabnya?
Saya: Itu waktu zaman pemerintahan kemal abdul naser, bukan? Sekarang sudah lebih baik, kan? *senyum*
Cinta: iya betul, ya *senyum juga*. Aku baca di berita, katanya untuk kampanye pilgub Jabar calon nomer 4, dana yang dihabiskan sampai 1,3 triliun. Itu dananya dari mana, ya?
 Saya: Masya Allah, aku baru tau, kalau dananya sampai sebesar itu. Setau aku, setiap agenda, dananya dari kantong kader-kader atau simpatisan sendiri. Insya Allah bukan hasil korupsi. Hehe
Cinta: Waah, keren ya. Tapi uang sebanyak itu kenapa buat kampanye aja? Padahal bisa dibuat bikin 1000 rumah.
Saya: Lahan dakwah kan banyak, Insya Allah tiap lahan sudah ada anggaran dananya masing-masing.
*ya ikhwah, benar sekali nasihat dari sahabat ini. Mungkin saja selama ini publik melihat bahwa jama’ah ini berat sebelah. Terlalu mengedepankan peran dalam parlemen sehingga ranah da’wah lain tidak optimal eksistensinya*
Cinta: Aku ingin sekali memajukkan islam, menegakkan syari’at islam, tapi caranya bukan dengan ikut berdemokrasi. Karena Rasulullah ga mencontohkan itu. Aku mau memajukan teknologi islam. Kamu ngerasa nggak sih, kalau di bidang edukasi, karya-karya ulama islam itu dijual “gratis” dan masih dalam rumus-rumus dasar? Misalnya aljabar.
Saya: Iya betul. Subhanalloh keren tuh *nyengir lebar*. Semangat ya. Aku pernah menganalogikan ummat islam tuh kayak mahasiswa-mahasiswa di universitas. Masing-masing menekuni bidang keilmuan yang berbeda. Aku memperdalam ini, kamu memperdalam itu, yang lain memperdalam  ilmu lain. Kita belajar berbagai ilmu yang berbeda dengan tujuan yang sama ya, sebetulnya. Supaya kita bisa menguasai ilmu pengetahuan. Kalau semuanya belajar mata kuliah yang sama, nggak akan maju nih bangsa kita.
Cinta: Iya betul sekali. Hem, kalau aku tanya kamu, apakah kamu seorang ahlusunnah atau bukan, kamu akan jawab apa?
Saya: Insya Allah, aku ahlusunnah. Kalau kamu?
Cinta: Insya Allah aku juga ahlusunnah. Tapi aku bingung deh, kenapa kita, atau muslim lainnya yang sama-sama merasa ahlusunnah, punya metode dakwah yang sangat beda-beda? Harusnya kan sama. Berarti ada yang miss ya, di kita. Oh iya, aku juga pernah baca, kalau orang-orang itu akan masuk surga bersama pemimpinnya.
Saya: Alhamdulillah, pemimpinku Rasulullah, Insya Allah.
Cinta: Insya Allah, Rasulullah aku juga. Tapi kenapa kita bedaa? Aku masih cenderung nggak berhubungan, benar-benar melepas diri dari demokrasi. Khilafah bisa ditegakkan dengan cara yang Rasulullah contohkan. Dari mulai dakwah sembunyi-sembunyi sampai terang-terangan. Sekarang kita bisa mengajak muslim secara personal, lalu kalau sudah terkumpul masa, kita gulingkan pemerintah dengan cara kudeta.
Saya: Subhanalloh, keren sekali. Tapi justru dari statement kamu, aku malah bingung kita bedanya di mana. Kita sama-sama ingin menegakkan khilafah, sama-sama ingin berlepas diri dari demokrasi. Aku bagiang yang menghancurkan dari dalam, kamu yang menarik masa, hancurkan dari luar. Kamu mau berdemo kalau pemerintah kebijakannya nggak baik?
Cinta: Mau.
Saya: Demo kan nggak dicontohkan Rasulullah. Menasihati pemimpin harus dengan cara yang hikmah dan tersembunyi.
Cinta: Itu kan kalau sistemnya udah bener, kekurangan pemimpin harus dimaklumi, supaya nggak terjadi perpecahan. Tapi sistem negara kita kan masih demokrasi, masih salah.
Saya: Ya. *senyum*. buat apa kita khawatir iman kita terkotori kalau ranah dakwah yang potensial justru kita hindari? Masalah kemurnian aqidah, pemberi hidayah, sepenuhnya adalah kuasa Allah. Kita hanya bisa meminta dengan yakin ke Dia, supaya Allah menguatkan dan menjaga kita di jalan yang Ia takdirkan kita di sana. Memang riskan kita berdemo, memang sangat mengkhwatirkan kondisi iman kita bila memasuki ranah parlemen, tapi Allah kita tentu jauh Lebih Agung dari segala masalah yang ada. Asal kata dari infaq itu nafaqa, yang artinya segala potensi. Allah sudah menyuruh kita untuk berinfaq tidak hanya dengan harta, tetapi juga dengan segala potensi yang kita punya.
Cinta: Betul. Aku semakin ke sini semakin merasa bahwa masing-masing golongan itu punya kekurangan.
Saya: Iya, makanya selain ikutan pengajian masing-masing, kita juga harus rajin ikutan ta’lim. Saling mengingatkan yaa
Cinta: Iya, nanti kalau ada jadwal ta’lim lagi sms aku ya. Aku nggak mau taqlid sama beberapa ulama aja.
Saya: Siap, cin..
*berpelukaaaan*

Alhamdulillahirabbil’alamiin
Segala Puji bagi Allah, Tuhan Seru Sekalian Alam
Hanya Allah lah Yang Maha Mengetahui Kebenaran
Rabb, jangan Engkau kunci hati-hati kami dari cahaya kebenaran,
Surga-Mu memang mahal,
Maka izinkan kami membayar harganya di dunia.
Duhai Rabb yang Maha Melihat,
Sungguh Engkau memperhatikan segala yang telah kami usahakan.
Izinkan kami berjuang dari sekarang!!

“Allah menganugerahkan al hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).”(QS. 002:26)

 ”Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. “ (QS. 003:007)

“Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. 005:100)

“Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. “(QS. 010:100)
Karena setiap orang memiliki ekspresi ketidaksukaan yang berbeda. Ia bisa berlari, ia bisa mendekati lalu menghabisi, atau ia bisa menutup diri kebencian itu sendiri.
Wallahu ‘alam bishowab,
Semoga ada manfaat dari tulisan saya. Yang benar pasti datang dari Allah, kesalahan dan kedhoifan pasti milik saya sendiri.
Jazaakumullahu khoiron katsir bagi yang sudah berkenan membaca
J

“Kemenangan yang kita dapatkan  bukanlah berasal dari seberapa hebat kita di medan laga, tapi seberapa banyak amal ibadah kita dan seberapa kuat kita meminta kemenangan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’la”


Senin, 18 Februari 2013

KANA HAYA

Diposting oleh Bonita Ayu Andhira di 01.37 0 komentar

KANA HAYA
(ANAK AYAH)

I know that he loves me cause he told me so
 I know that he loves me cause his feeling show
When he stares at me,
 you’ll see he cares for me
you’ll see how he’s so deep in love
I know that he loves me cause it’s obvious
I know that he loves me cause it’s me he trust
And he’s missing me if he’s not kissing me
And when he looks in me,
His brown eyes tell it so
He looks in me,
his brown eyes
Tell it so
J

Bembi:  Assalamu’alaykum, dek, sehat?
Aku:  Wa’alaykumsalam warrahmatullah, Alhamdulillah sehat. Bembi gimana?
Bembi: Alhamdulillah baik-baik. Udah makan belum, Dek?
Aku: Udah Bem, Bembi udah?
Bembi: Udah juga. Kamu lagi di mana?
Aku: Di kampus Bem.
Bembi: Ya udah, hati-hati ya, jangan pulang malem-malem, jangan kecapean, jaga kesehatan.
Aku: Oke bem, sama-sama saling mendo’akan ya
Bembi: Selalu, sayangku
Aku: hehe, makasih bembi kesayanganku
Bembi: oke, nanti aku telpon lagi ya
Aku: Sip, assalamu’alaykum
Bembi: Wa’alaykumsalam

“cieeeee Boni cieeeeee”
Teman-teman di sekitar yang mendengar perbincanganku via telpon dengan bembiku langsung mencie-cie kan.
Mereka belum tahu bila pria yang baru saja berbincang denganku adalah ayah kandungku.
Ya, lelaki kesayangan yang dengannya aku tumbuh menjadi pribadi yang lebih matang sekarang.

Ayah,
Satu kata luar biasa yang membuat jari-jariku bergetar saat menulisakannya.
Ayah,
Sosok lelaki tidak sempurna yang dengan kesempurnaan Tuhan aku bisa begitu mencintainya

Ayah,
Terkadang sepi hariku tanpa kehadiranmu.
Tak jarang air mataku meleleh karena merindu

Saat-saat seperti ini,
Di balik selimut ku harapankan mimpi
bayangan pulang
Tuk segera berjumpa denganmu
Ku ingin kau tahu,
Ku bergetar merindukanmu


3,5 tahun lebih harus berpisah jarak denganmu adalah pelajaran yang sangat berharga bagiku
Bagaimana kau mendidikku dengan ketiadaanmu
Saat aku harus tidur dan bangun dengan pemandangan sebuah kamar kosong
Kau ajarkan aku bagaimana menjadi pribadi yang dewasa dan strong

Ayah,
Anakmu ini merindu.
Rasa rindu yang jauh lebih besar daripada hanya sekadar rindu padamu
Aku merindukan kita
Aku rindu  saat kita menonton televisi berdua
Ketika sengaja kau julurkan tanganmu agar aku bisa menidurinya

Seringkali, saat kau sedang duduk,
Aku rebahkan kepalaku di bahumu,
Ku usap lembut jari-jari tanganmu
Menit-menit berlalu tanpa kata,
Iya Ayah, aku hanya ingin kita berdekat saja

Perasaan itu,
Perasaan luar biasa,
Bahkan tak perlu Ayah, tak perlu kita membuat kata
Diammu adalah puisi cinta yang panjang
Dan lelapku dalam bahumu adalah cerita cinta yang lebih indah dari kisah Cinderella

Ayah,
Akhir-akhir ini kau sering memintaku untuk pulang ke rumah
Dan sesering itu pula aku meminta maaf padamu karena aku belum bisa melakukannya
Ayah,
Sesungguhnya tak sanggup aku tuliskan apa yang kau katakan,
“Dek, pulang, Dek. Pulang, anak kesayanganku. Pokoknya habis lulus harus langsung pulang ke rumah dulu. Terserah kamu mau ngapain, yang penting kita sama-sama. Anak ayah itu perempuan semua. Suatu saat kalian akan pergi, akan berganti bakti. Bakti istri itu ke suami, bukan ke orang tuanya lagi”
Saat itu, langsung ku tutup lubang bicara pada hand phoneku, agar suara tangisku tidak terdengar oleh lelaki luar biasa itu.
Ku tenangkan diriku, sambil berusaha menjawab permintaan ayahku. Aku tidak suka menangis di depan orang-orang yang aku sayang. Aku sangat takut mereka jadi ikut bersedih karenanya.
“Iya Yah, do’ain ya, semoga aku bisa segera pulang. Ayah ingin aku kerja, sekolah S2, atau nikah?”
“Terserah kamu, nak. Yang penting sempet pulang dulu, apapun pilihan kamu, ayah Cuma bisa merestui”
Pada suatu hari, Ayahku pernah bercanda seperti ini pada anaknya
“Kalo nggak ada laki-laki yang bisa nyayangin kamu melebihi ayah, nggak usah nikah ya. Hehehe”

Ayah,
Rasanya hampir tidak ada sosok seperti yang engkau pinta
Yang menyayangiku melebihi dirimu
Yang sebelum aku lahir pun kau sudah mencintaiku,
Siap siaga menjaga walau belum  tentu halus budiku dan baik ragaku

Tahukah kau, Ayahku..
Setiap orang memiliki posisinya masing-masing di hati orang lain
Dan ayah, juga mama,
Punya posisi yang sangat istimewa
Insya Allah, sampai matipun cinta ini akan aku bawa

Ayah, Mama,
Memang betul bahwa bakti anak-anakmu ini suatu hari akan berganti
Tapi Allah, Tuhan kita, sangat mencintai ayah dan mama,
Dengan memberika 3 orang anak wanita
Yang Insya Allah sudah ayah dan mama didik dengan baik
Ayah dan mama adalah sosok-sosok pertama yang mengajari kami mengenal Allah dan Rasullullah
Al Fathihah pertama, yang selalu kamu bacakan dalam shalat kami,
Insya Allah menjadi amal jariyah bagi ayah dan mama, ustadz-ustadzah pertama kami

Dari Abu Sa'id Al Khudri, bahwa Rasulullah SAW bersabda, 
"Tidak ada seorang pun yang memiliki 3 anak perempuan atau 3 saudara perempuan, lalu ia memperlakukan secara baik, kecuali ia pasti masuk ke dalam surga"

Ayah, Mama
Bagiku kalian adalah sosok-sosok malaikat tanpa sayap yang Allah rizkikan untukku di dunia
Maka, akan lebih indah bila di surga nanti kita berkumpul lagi,
Saat kalian sudah benar-benar menjadi bidadari,
Dan aku akan sangat dengan senang hati menyematkan mahkota dari cahya di atas kepala malaikat-malaikatku ini

Alhamdulillahirabbil’alamiin,
Terima kasih Ayah,
Terima kasih Mama,
Atas segola do’a yang tak terhitung jumlahnya
Allah sudah sampaikan semangat itu kepadaku
Betapa dinginnya malam tak menyurutkan semangatku untuk membuat mahkota itu
Insya Allah, akan aku persembahkan permata terbaik yang bahan dasarnya adalah limpahan air mataku dan hitamnya kantung mataku.

QS At Taubah 122:
“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali agar mereka dapat menjaga dirinya”
Taujih dari ayat di atas adalah bahwa jihad fii sabilillah tidak hanya berjuang di tengah medan perang. Belajar ilmu agama dan mengajarkannya juga termasuk ke dalam berjihad di jalan Allah.
Salah satunya adalah dengan mempelajari Al Qur’an, menghapalkan, dan mengamalkannya.
Jadi, kalau sedang menghafal semangatnya harus semangat jihad fi sabilillah
Wallahu a’lam bishowab
Semangat, semuanya !!
HIDUP ITU HARUS SEMANGAT !!
:-D :-D :-D
*intermezo, tulisan pertama sengaja aku buat membentuk siluet anak perempuan lho, kelihatan nggak? Haha*








Sabtu, 16 Februari 2013

KISAH 3 LELAKI

Diposting oleh Bonita Ayu Andhira di 02.15 0 komentar
Assalamu'alaykum warrahmatullahi wabarakatuh

Sudah cukup lama jari-jari saya tidak berselancar di blog ini.
Saya sedang lebih senang membaca daripada menyampaikan, sepertinya.
baiklah, menurut nabi, "Sampaikanlah walau satu ayat"
Bismillahirrahmairrahim..

Terlalu banyak hal yang saling berkaitan yang saya alami akhir-akhir ini,
Entahlah, karena memang ianya memang memiliki relasi atau saya yang berusaha mengait-kaitkannya sendiri.
Yang jelas, saya bersyukur atas segala hal yang terjadi di dalam hidup saya.
Betapa indahnya hidup saya. Dirancang oleh Sang Maestro, Sang Maha pembuat Rencana, yang selalu melindungi hamba-hamba-Nya, bahkan dari godaan syaithan sekalipun.
Silakan cek QS Al-Isro' ayat 85 :-)
Subhanalloh, Subhanalloh..

Tulisan ini memang tentang tiga orang lelaki, yang saya temui dalam waktu dan tempat yang berbeda, tapi semuanya menceritakan hal yang sama kepada saya.
Kita mulai sebut mereka dengan Mogu, Mogi, dan Migi.

Hari itu, saya bertemu dengan Mogu untuk urusan bisnis. (hehe, gaya pisan. bismillah berkah)
Seusai membuat rencana wirausaha, ia bercerita mengenai kriteria calon istrinya. Tentu saja saat itu kami tidak berdua, ada teman lain yang ikut berdiskusi bersama. Ya, mungkin di tingkat akhir ini, pria dan wanita sudah tidak ingin bermain-main dengan ce i en te a lagi. Pemikiran sudah lebih dewasa, sudah ingin serius menempuh jalan yang baik menurut-Nya.
Mogu adalah tipe lelaki yang tidak mau berpacaran.
Ia bilang kepada saya
Mogu: "Urang nggak mau pacaran, mau langsung nikah aja. Kriteria calon istri urang, yang belum kerudungan"
Saya: "Kok gitu, kenapa?"
Mogu: "Urang malu kalo istri urang lebih shalehah daripada urang. Urang justru pengen urang yang ngajak dia ke jalan yamg lurus"
Saya: "Sumuhun, semoga mudah barokah lah prosesnya"
Mogu: "Hahaa, aamiin"

Di hari yang lain, saya bertemu dengan Mogi untuk bermain.
Ya, kami berlibur bersama, tidak berdua tentunya. ada 3 orang wanita, dan Mogi lelaki sendiri.
Di tengan jalan, Mogi berkata kepada kami bertiga,
Mogi: "Gue udah punya calon"
3 dara (asa getek namanya): "Waaah, siapaa? *heboh ala Ibu-Ibu*"
Mogi: "Itu lah pokoknya. Tapi nikahnya masih lama sih. Masih nanti-nanti"
Salah seorang dara: "Emang kriteria lu yang gimana?"
Mogi: "Yang udah kerudungan dan mau belajar agama. Dia masih pake celana jeans"
Dara ke dua: "Em, aku kira tipe kamu akhwat-akhwat shalehah. kan kamu pementor. hehe"
Mogi: "Itu dulu, gue udah nggak pernah mentor lagi sekarang. Lagian kalo gue langsung tembak yang kayak lu, malu sendiri guenya. haha"
*perjalanan kemudian dilanjutkan*

Di kesempatan yang lain, saya berbincang dengan Migi.
Walaupun sebelumnya membicarakan hal lain (tentang yayasan), akhirnya pembicaraan berujung pada urusan "itu" lagi.
saya: "bang, belum nikah nikah? katanya pas tingkat 2 ingin banget nikah? hahaha"
migi: "saya sedang menghindari perbincangan seputar itu, Bo"
saya: "kenapa?"
migi: "Takut mengurangi cita rasa dakwah buat saya. khawatir dakwah berasa hambar kalo ngebayangin yang manis-manis. saya belum boleh nikah sama orang tua,  harus lulus koas dulu, bawa gelar dokter dulu"
saya: "oh gitu. emang nyari yang gimana bang?"
migi: "akhwat tarbiyah yang sudah tertarbiyah dengan baik"
saya: "harus satu harokah tarbiyah?"
migi: "Iya *sambil  nyengir*"
saya: "kenapa, bang?"
migi: "nikah itu rizki, Bo, harus disyukuri. makanya habis nikah dakwah harus makin semangat lagi. nikah bukan saatnya lagi ngajarin istri dari nol. ia adalah saat kita berjuang sama-sama. keluarga istri juga jadi pertimbangan, minimal simpatisan atau nggak kontra dengan dakwah kita. Repot juga kalo istri ngerti tapi keluarganya belum faham."
saya: "kok kayaknya ngerti banget soal rumah tangga sih, bang? tau dari mana?"
migi: "temen seliqo' saya udah berkeluarga semua, kecuali saya. yang poligami juga ada beberapa"
saya: "wah, tau alasannya ga bang, kenapa poligami?"
migi: "salah satunya karena aktivitas dakwah suami dan istri ga imbang, bo. istri di rumah, suami banyak kegiatan di luar untuk dakwah. lama-lama istri minder, dan menyuruh suaminya berpoligami karena nggak mampu mengimbangi tarbiyah suami"
saya: "wah, menarik nih bang, istri yang merasa tarbiyahnya nggak imbang aja rela dipoligami, padahal untuk mencapai tahap itu, harusnya istri udah mantap 'ilmunya. Dipoligami kan ga mudah *sotoy mode on*"
migi: " ya begitulah, makanya penting punya istri yang sudah biasa bertarbiyah. di rumah juga tetep jalan proses tarbiyahnya. biar sama-sama ngedayung perahu buat dakwah"
saya: "sip-sip, nuhun bang, semoga Allah memberi jalan'
migi: "aamiin, makasih bo, iya nanti kalo saya udah siap tapi, jangan sekarang haha"

Setiap kepala memang memiliki pemikiran yang berbeda.
Saya jadi teringat salah satu hadits:
“Orang yang cerdas ialah orang yang mengendalikan dirinya dan bekerja untuk kehidupan setelah kematian.” (HR Tirmidzi)

Subhanalloh, betapa indah nasihat dari uswatuh hasanah kita, Rasulullah SAW.
Sudah seharusnya seorang muslim menyiapkan bekal hidupnya ke akhirat. 
Pelajaran besar bagi saya, untuk tidak membuat rencana-rencana sebatas duniawi saja.
Setiap rencana harus menjadi jembatan pendekat kita dengan syurga. Insya Allah, aamiin, ya Mujiib.

Lagi-lagi ramai dibahas urusan hati.
Perkara cinta.
Perkara yang banyak sekali diperbincangkan oleh siapa saja, anak-anak, tua, muda.
Cinta bisa menjadi kata yang sangat universal artinya.
ia bisa berupa kata kerja, kata benda, ataupun kata ganti. sangat subjektif sekali maknanya.

Di hari-hari pasca valentine ini, masih banyak sekali logo dan kata-kata cinta di mana-mana. Tujuannya, sebagian besar adalah cinta untuk lawan jenis.
Tahukan Anda, bahwa cinta seperti itu hanyalah sebuah urusan hormon?
Ya, jatuh cinta pada lawan jenis mampu membuat tubuh menghasilkan hormon seretonin (hormon pembuat jatuh cinta).
Hormon adrenalin bertambah, karena merasa deg-degan bertemu si dia.

Seretonin memang menimbulkan perasaan nyaman bagi si penderita. Perasaan senang, bahagia.
Tapi, tahukan Anda, bahwa Allah dan Rasul kita sudah memberikan solusi yang luar biasa agar tubuh kita mampu menghasilkan seretonin tanpa jatuh cinta (sebelum saatnya) dengan lawan jenis?
Berpuasalah!
Berpuasa dalam artian harfiah. Tidak hanya menahan nafsu pandangan, hati, pendengaran, tapi juga melawan lapar dan dahaga.
Justru dengan berpuasa, hormon adrenalin kita berkurang, dan hati menjadi lebih tenang (tidak deg-degan karena si dia, tapi tenang karena si Dia) :-)

Indah ya?
ya, Subhanalloh, luar biasaaa :-D

Dari kisah tiga lelaki tersebut (yang semuanya adalah teman seangkatan saya dari berbagai jurusan), saya mendapat satu kata yang menjadi benang merahnya: Kecenderungan

Bagaimana Allah memberikan kecenderungan kepada tiap-tiap orang. Hal-hal apa sayang diinginkan, bagaimana kriterianya.
Mogu menginginkan wanita yang belum berkerudung agar bisa diajarkan
Mogi minginginkan pasangan yang mau belajar agama bersama-sama
Migi menginginkan istri yang siap berpayah bersama dalam dakwah

Memiliki kecenderungan adalah hal yang wajar, tapi ingat, rencana Allah dulu, baru rencana kita.
Istikharah dan musyawarah sebanyak-banyaknya. Dengan pihak yang berkpentingan tentunya, yaitu Allah dan kita (bisa ditambah keluarga).


Allahumma inni astakhiruka bi’ilmika wa astaqdiruka biqudratika wa a’saluka min fadhlikal ‘adzim, fainnaka taqdiru wala aqdiru wa ta’lamu wala a’lamu wa anta ‘allamulghuyub. Allahumma inkunta ta’lamu anna hadzal amrakhoirun lifiddiini wama ‘asyi wa ‘aqibati amri faqdurhu li wayassirhu li tsumma barikli fihi. Wainkunta ta’lamu anna hadzal amrasyarrun li fi diini wa ma’asyi wa ‘aqibati amri fashrifhu ‘anni, washrifni ‘anhu, waqdurliyal khoiru haitsu kaana tsumma radidihni bihi.
( Ya Allah sesungguhnya aku memohon padaMu, dengan ilmuMu, dan aku memohon kepadaMu dengan kekuasaanMu, dan aku memohon sebagian dari karuniaMu yang agung. Karena sesungguhnya Engkaulah yang berkuasa sedang aku tidak berkuasa. Engkaulah yang mengetahui sedang aku tidak mengetahui. Dan Engkaulah yang mengetahui perkara-perkara yang ghaib. Ya Allah jika engkau mengetahui bahwa hal ini baik bagiku dalam agamaku dan kehidupanku serta akibat urusanku maka tentukanlah ia untukku dan mudahkanlah ia bagiku, kemudian berilah aku berkah padanya. Dan jika Engkau mengetahui bahwa buruk bagiku dalam agamaku dan kehidupanku serta akibat urusanku, maka palingkanlah ia dariku dan palingkan aku darinya. Dan tentukanlah untukku kebaikan dimana saja dia berada kemudian jadikanlah aku ridho kepadanya)

MUHASABAH: Sudah sampai manakah rencana kita? Baru sampai taraf dunia atau sudah mengutamakan akhirat?
Untuk para akhwat, marilah kita menjadi ummahat chasing akhirat
Semangaaat !! \(^____^)/

"Dan Allah (juga) membuat perumpamaan, dua orang laki-laki, yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatu dan dia menjadi beban penanggungnya, kemana saja dia disuruh (oleh penanggungnya itu), dia sama sekali tidak dapat mendatangkan suatu kebaikan. Samakah orang itu dengan yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada di jalan yang lurus?" (QS An Nahl 76)

Wallahu a'lam bishowab, semoga ada manfaat yang bisa diambil
:-)














Selasa, 12 Februari 2013

Cara Membuang Mushaf Al Qur'an yang sudah tidak terpakai

Diposting oleh Bonita Ayu Andhira di 23.12 0 komentar
#Cara Membuang Mushaf Alquran Yang Tidak Terpakai#

Membuang Mushaf Alquran yang tidak terpakai

Pertanyaan:

Assalamu'alaikum.

Ustadz, yang ingin saya tanyakan apa hukumnya membuang ke tempat sampah atau juga membakar potongan atau kertas lama yang berisi ayat huruf Arab atau Al quran , misalnya iqra, potongan kertas Al quran atau kata basmalah yang diprint. Dan apa solusi terbaik dengan kertas tersebut.

Terima kasih.

Dari: Nuraini

Jawaban:

Wa'alaikumussalam

Bismillah was shalatu was salamu 'ala rasulillah, amma ba'du

Ada bebarapa cara yang dijelaskan ulama,

Pertama , Mushaf bekas itu dikubur dalam tanah.

Berikut adalah keterangan madzhab hanafi dan hambali.

Al-Hasfaki, ulama madzhab hanafi mengatakan,

المصحف إذا صار بحال لا يقرأ فيه: يدفن; كالمسلم

" Mushaf yang tidak lagi bisa terbaca, dikubur, sebagaimana seorang muslim . "( ad-Dur Al-Mukhtar , 1:191).

Ulama lain yang memberikan catatan kaki untuk ad-Dur Al-Mukhtar mengatakan,

أي يجعل في خرقة طاهرة, ويدفن في محل غير ممتهن, لا يوطأ

Maksudnya, lembaran mushaf itu diletakkan di kain yang suci, kemudian dikubur di tempat yang tidak dihinakan (seperti tempat sampah), dan tidak bisa diinjak.

Al-Bahuti mengatakan,

"Jika ada mushaf Alquran yang sudah usang maka dia dikubur, berdasarkan ketegasan dari Imam Ahmad. Imam Ahmad menyebutkan bahwa Abul Jauza mushafnya telah usang. Kemudian ia menggali di tanah masjidnya lalu menanamnya dalam tanah. "( Kasyaf al-Qana ' , 1:137)

Hal ini pula yang difatwakan Syaikhul Islam,

وأما المصحف العتيق والذي تخرق وصار بحيث لا ينتفع به بالقراءة فيه, فإنه يدفن في مكان يصان فيه, كما أن كرامة بدن المؤمن دفنه في موضع يصان فيه

Mushaf yang sudah tua atau rusak sehingga tidak bisa dibaca, dia kubur di tempat yang terlindungi. Sebagaimana kehormatan jasad seorang mukmin, dia harus dikubur di tempat yang terlindungi (bukan tempat kotor dan tidak bisa diinjak) ( Majmu 'Fatawa , 12:599).

Kedua , mushaf yang rusak itu dibakar.

Ini merupakan pendapat Malikiyah dan Syafi'iyah. Tindakan ini meniru yang dilakukan oleh Khalifah Utsman radhiyallahu 'anhu , setelah ia menerbitkan mushaf induk 'Al-Imam', beliau memerintahkan untuk membakar semua catatan mushaf yang dimiliki semua sahabat. Semua ini dilakukan Utsman untuk menghindari perpecahan di kalangan umat islam yang tidak memahami perbedaan cara bacaan Alquran.

Salah satu saksi sejarah, Mus'ab bin Sa'd mengatakan,

أدركت الناس متوافرين حين حرق عثمان المصاحف, فأعجبهم ذلك, لم ينكر ذلك منهم أحد

Ketika Utsman membakar mushaf, saya menemukan banyak sahabat dan sikap Utsman membuat mereka heran. Namun tidak ada seorangpun yang mengingkarinya (HR. Abu Bakr bin Abi Daud, dalam al-Mashahif , hlm. 41).

Diantara tujuan membakar Alquran yang sudah usang adalah untuk mengamankan firman Allah dan nama Dzat Yang Maha Agung dari sikap yang tidak selayaknya dilakukan, seperti diinjak, dibuang di tempat sampah atau yang lainnya.

وفى أمر عثمان بتحريق الصحف والمصاحف حين جمع القرآن جواز تحريق الكتب التي فيها أسماء الله تعالى, وأن ذلك إكرام لها, وصيانة من الوطء بالأقدام, وطرحها في ضياع من الأرض

Perintah Utsman untuk membakar kertas mushaf ketika ia mengumpulkan Alquran, menunjukkan bolehnya membakar kitab yang disitu tertulis nama-nama Allah ta'ala. Dan itu sebagai bentuk memuliakan nama Allah dan menjaganya agar tidak terinjak kaki atau terbuang sia-sia di tanah ( Syarh Shahih Bukhari , 10:226)

Yang tidak bisa dilakukan

As-Suyuti menjelaskan beberapa hal yang tidak bisa dilakukan,

إذا احتيج إلى تعطيل بعض أوراق المصحف لبلى ونحوه, فلا يجوز وضعها في شق أو غيره; لأنه قد يسقط ويوطأ, ولا يجوز تمزيقها لما فيه من تقطيع الحروف وتفرقة الكلم, وفي ذلك إزراء بالمكتوب ... وإن أحرقها بالنار فلا بأس, أحرق عثمان مصاحف كان فيها آيات وقراءات منسوخة ولم ينكر عليه

Jika dibutuhkan untuk menghancurkan sebagian kertas mushaf karena sudah usang atau sebab lainnya maka tidak bisa diselipkan di tempat tertentu, karena bisa jadi terjatuh dan diinjak. Tidak bisa juga disobek-sobek, karena akan memotong-motong hurufnya tanpa aturan dan merusak tatanan kalimat, dan semua itu adalah sikap tidak menghormati tulisan Alquran ... jika dibakar denagn api, hukumnya boleh. Utsman membakar mushaf yang ada tulisan ayat Alquran dan ayat yang telah dinasakh (dihapus), dan tidak ada yang mengingkari beliau ( Al-Itqan fi Ulum Alquran , 2:459).

Baik yang menyarankan dikubur atau dibakar, keduanya memiliki alasan yang kuat. Yang lebih tepat adalah memilih cara yang paling efektif, yang paling cepat menghilangkan hurufnya dan paling aman dari sikap tidak hormat.

Ibnu Utsaimin mengatakan,

التمزيق لابد أن يأتي على جميع الكلمات والحروف, وهذه صعبة إلا أن توجد آلة تمزق تمزيقا دقيقا جدا بحيث لا تبقى صورة الحرف ..

Menghancurkan mushaf harus sampai lembut, sehingga hancur semua kata dan huruf. Dan ini sulit, kecuali jika ada alat untuk menghancurkan yang lembut, sehingga tidak ada lagi tulisan hurup yang tersisa ... ( Fatawa Nur ala ad-darbi , 2:384).

Allahu a'lam

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits

HUKUM AWAL IBADAH

Diposting oleh Bonita Ayu Andhira di 22.43 0 komentar
Hukum Asal Ibadah: Haram Sampai Ada Dalil

Oleh: M. Abduh Tuasikal

Sebagian kalangan mengemukakan alasan ketika suatu ibadah yang tidak ada dalilnya disanggah dengan celotehan, “Kan asalnya boleh kita beribadah, kenapa dilarang?” Sebenarnya orang yang mengemukakakn semacam ini tidak paham akan kaedah yang digariskan oleh para ulama bahwa hukum asal suatu amalan ibadah adalah haram sampai adanya dalil. Berbeda dengan perkara duniawi (seperti HP, FB, internet), maka hukum asalnya itu boleh sampai ada dalil yang mengharamkan. Jadi, kedua kaedah ini tidak boleh dicampuradukkan. Sehingga bagi yang membuat suatu amalan tanpa tuntunan, bisa kita tanyakan, “Mana dalil yang memerintahkan?”

Ada kaedah fikih yang cukup ma’ruf di kalangan para ulama,

الأصل في العبادات التحريم

“Hukum asal ibadah adalah haram (sampai adanya dalil).”

Guru kami, Syaikh Sa’ad bin Nashir Asy Syatsri -semoga Allah menjaga dan memberkahi umur beliau- berkata, “(Dengan kaedah di atas) tidak boleh seseorang beribadah kepada Allah dengan suatu ibadah kecuali jika ada dalil dari syari’at yang menunjukkan ibadah tersebut diperintahkan. Sehingga tidak boleh bagi kita membuat-buat suatu ibadah baru dengan maksud beribadah pada Allah dengannya. Bisa jadi ibadah yang direka-reka itu murni baru atau sudah ada tetapi dibuatlah tata cara yang baru yang tidak dituntunkan dalam Islam, atau bisa jadi ibadah tersebut dikhususkan pada waktu dan tempat tertentu. Ini semua tidak dituntunkan dan diharamkan.” (Syarh Al Manzhumah As Sa’diyah fil Qowa’idil Fiqhiyyah, hal. 90).

Dalil Kaedah

Dalil yang menerangkan kaedah di atas adalah dalil-dalil yang menerangkan tercelanya perbuatan bid’ah. Bid’ah adalah amalan yang tidak dituntunkan dalam Islam, yang tidak ada pendukung dalil. Dan bid’ah yang tercela adalah dalam perkara agama, bukan dalam urusan dunia.

Di antara dalil kaedah adalah firman Allah Ta’ala,

أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS. Al Ahzab: 21).

Juga didukung dengan hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718). Dalam riwayat lain disebutkan,

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718).

Begitu pula dalam hadits Al ‘Irbadh bin Sariyah disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Hati-hatilah dengan perkara baru dalam agama. Karena setiap perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Daud no. 4607, Tirmidzi no. 2676, An Nasa-i no. 46. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa kita baru bisa melaksanakan suatu ibadah jika ada dalilnya, serta tidak boleh kita merekayasa suatu ibadah tanpa ada perintah dari Allah dan Rasul-Nya.

Perkataan Ulama

Ulama Syafi’i berkata mengenai kaedah yang kita kaji saat ini,

اَلْأَصْلَ فِي اَلْعِبَادَةِ اَلتَّوَقُّف

“Hukum asal ibadah adalah tawaqquf (diam sampai datang dalil).” Perkataan di atas disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (5: 43). Ibnu Hajar adalah di antara ulama besar Syafi’i yang jadi rujukan. Perkataan Ibnu Hajar tersebut menunjukkan bahwa jika tidak ada dalil, maka suatu amalan tidak boleh dilakukan. Itu artinya asal ibadah adalah haram sampai ada dalil yang memerintahkan. Di tempat lain, Ibnu Hajar rahimahullah juga berkata,

أَنَّ التَّقْرِير فِي الْعِبَادَة إِنَّمَا يُؤْخَذ عَنْ تَوْقِيف

“Penetapan ibadah diambil dari tawqif (adanya dalil)” (Fathul Bari, 2: 80).

Ibnu Daqiq Al ‘Ied, salah seorang ulama besar Syafi’i juga berkata,

لِأَنَّ الْغَالِبَ عَلَى الْعِبَادَاتِ التَّعَبُّدُ ، وَمَأْخَذُهَا التَّوْقِيفُ

“Umumnya ibadah adalah ta’abbud (beribadah pada Allah). Dan patokannya adalah dengan melihat dalil”. Kaedah ini disebutkan oleh beliau dalam kitab Ihkamul Ahkam Syarh ‘Umdatil Ahkam.

Dalam buku ulama Syafi’iyah lainnya, yaitu kitab Ghoyatul Bayan Syarh Zubd Ibnu Ruslan disebutkan,

الأصل في العبادات التوقيف

“Hukum asal ibadah adalah tawqif (menunggu sampai adanya dalil).”

Ibnu Muflih berkata dalam Al Adabu Asy Syar’iyah,

أَنَّ الْأَعْمَالَ الدِّينِيَّةَ لَا يَجُوزُ أَنْ يُتَّخَذَ شَيْءٌ سَبَبًا إلَّا أَنْ تَكُونَ مَشْرُوعَةً فَإِنَّ الْعِبَادَاتِ مَبْنَاهَا عَلَى التَّوْقِيفِ

“Sesungguhnya amal diniyah (amal ibadah) tidak boleh dijadikan sebagai sebab kecuali jika telah disyari’atkan karena standar ibadah boleh dilakukan sampai ada dalil.”

Imam Ahmad dan para fuqoha ahli hadits -Imam Syafi’i termasuk di dalamnya- berkata,

إنَّ الْأَصْلَ فِي الْعِبَادَاتِ التَّوْقِيفُ

“Hukum asal ibadah adalah tauqif (menunggu sampai adanya dalil)” (Dinukil dari Majmu’ Al Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 29: 17)

Ibnu Taimiyah lebih memperjelas kaedah untuk membedakan ibadah dan non-ibadah. Beliau rahimahullah berkata,

إنَّ الْأَصْلَ فِي الْعِبَادَاتِ التَّوْقِيفُ فَلَا يُشْرَعُ مِنْهَا إلَّا مَا شَرَعَهُ اللَّهُ تَعَالَى . وَإِلَّا دَخَلْنَا فِي مَعْنَى قَوْلِهِ : { أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ } . وَالْعَادَاتُ الْأَصْلُ فِيهَا الْعَفْوُ فَلَا يَحْظُرُ مِنْهَا إلَّا مَا حَرَّمَهُ وَإِلَّا دَخَلْنَا فِي مَعْنَى قَوْلِهِ : { قُلْ أَرَأَيْتُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ لَكُمْ مِنْ رِزْقٍ فَجَعَلْتُمْ مِنْهُ حَرَامًا وَحَلَالًا } وَلِهَذَا ذَمَّ اللَّهُ الْمُشْرِكِينَ الَّذِينَ شَرَعُوا مِنْ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ وَحَرَّمُوا مَا لَمْ يُحَرِّمْهُ

“Hukum asal ibadah adalah tawqifiyah (dilaksanakan jika ada dalil). Ibadah tidaklah diperintahkan sampai ada perintah dari Allah. Jika tidak, maka termasuk dalam firman Allah (yang artinya), “Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS. Asy Syura: 21). Sedangkan perkara adat (non-ibadah), hukum asalnya adalah dimaafkan, maka tidaklah ada larangan untuk dilakukan sampai datang dalil larangan. Jika tidak, maka termasuk dalam firman Allah (yang artinya), “Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku tentang rezki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal" (QS. Yunus: 59). Oleh karena itu, Allah mencela orang-orang musyrik yang membuat syari’at yang tidak diizinkan oleh Allah dan mengharamkan yang tidak diharamkan. (Majmu’ Al Fatawa, 29: 17).

ADAB KE MASJID

Diposting oleh Bonita Ayu Andhira di 21.20 0 komentar
Assalamu'alaykum warrahmatullahi wabarakatuh

Banyaak sekali manfaat dari berangkat ke masjid.
Biar makin semangat, baca ini:-D

Dalam rangka memotivasi kaum muslimin untuk memakmurkan masjid, Allah memberikan banyak janji dan keutamaan bagi orang yang menghadiri shalat jamaah. Di antaranya:

Hadis dari Ibnu Mas’ud, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وما من رجل يتطهر فيحسن الطهور ثم يعمد إلى مسجد من هذه المساجد إلا كتب الله له بكل خطوة يخطوها حسنة،ويرفعه بها درجة،ويحطّ عنه بها سيئة

“Jika seseorang wudhu dengan sempurna, kemudian menuju masjid, maka Allah akan mencatat setiap langkahnya sebagai pahala untuknya, mengangkat derajatnya, dan menghapuskan dosanya…” (HR. Muslim)

Hadis dari Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

من توضأ للصلاة فأسبغ الوضوء ثم مشى إلى الصلاة المكتوبة فصلاها مع الناس، أو مع الجماعة، أو في المسجد غفر الله له ذنوبه

“Siapa yang berwudhu untuk shalat dan dia sempurnakan wudhunya, kemudian dia menuju masjid untuk shalat fardhu. Lalu dia ikut shalat berjamaah atau shalat di masjid maka Allah mengampuni dosa-dosanya.” (HR. Muslim)

Untuk menyempurnakan pahala Anda ketika menuju masjid, berikut beberapa adab yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berangkat ke masjid:

Pertama, berwudhulah dari rumah dan bukan di masjid
Terdapat banyak dalil yang menunjukkan bahwa keadaan yang sesuai sunah adalah berwudhu di rumah dan bukan di masjid. Di antaranya adalah hadis Utsman di atas, “Siapa yang berwudhu untuk shalat dan dia sempurnakan wudhunya, kemudia dia menuju masjid untuk shalat fardhu.”

Zhahir hadis ini, wudhu tersebut dilakukan sebelum berangkat menuju masjid. Itu artinya, wudhu tersebut dilakukan di rumah.

Disamping itu, terdapat dalil tegas yang menunjukkan hal ini. Hadis dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

من تطهّر في بيته ثم مشى إلى بيت من بيوت الله، ليقضي فريضة من فرائض الله

“Siapa yang berwudhu di rumahnya kemudian berjalan menuju salah satu rumah Allah, untuk menunaikan shalat wajib…” (HR. Muslim)

Kedua, gunakan pakaian yang sopan nan suci
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا

“Wahai bani Adam, gunakanlah perhiasan kalian setiap kali menuju masjid, makan dan minumlah kalian…” (QS. Al-A’raf: 31)

Sebagai orang yang beriman, seharusnya kita merasa malu ketika mengenakan kaos atau pakaian tidak sopan ketika menuju masjid. Sementara kita sadar bahwa kita hendak menghadap Allah.

Ketiga, bacalah doa ketika keluar rumah
Di antara doa yang disyariatkan adalah

بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah.

Membaca doa ini ketika keluar rumah memiliki keutamaan besar, sebagaimana disebutkan dalam hadis Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila ada orang yang keluar dari rumahnya, kemudian dia membaca doa di atas, dikatakan kepadanya:

هُدِيتَ، وَكُفِيتَ، وَوُقِيتَ

‘Kamu diberi petunjuk, kamu dicukupi, dan kamu dilindungi’

maka setan-setan pun berteriak. Kemudian ada salah satu setan yang berkata kepada lainnya: ‘Bagaimana mungkin kalian bisa menggoda orang yang sudah diberi petunjuk, dicukupi, dan dilindungi.” (HR. Abu Daud, Turmudzi dan dishahihkan Al-Albani)

Keterangan:
- Doa ini sangat ringkas, mudah dibaca, namun keutamannya besar.
- Tidak dijumpai riwayat yang menganjurkan mengangkat tangan ketika membaca doa ini.

Keempat, gunakanlah sandal atau alas kaki lainnya dengan mendahulukan kaki kanan
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau mengatakan,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ، فِي تَنَعُّلِهِ، وَتَرَجُّلِهِ، وَطُهُورِهِ، وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suka mendahulukan yang kanan, ketika memakai sandal, menyisir rambut, bersuci, dan yang lainnya.” (HR. Bukhari, Ahmad dan yang lainnya)

Kelima, berjalanlah menuju masjid dengan tenang
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إذا سمعتم الإقامة فامشوا إلى الصلاة وعليكم السكينة والوقار، ولا تُسرعوا

“Apabila kalian mendengar iqamah, berjalanlah menuju shalat dan kalian harus tenang, dan jangan buru-buru.. (HR. Bukhari dan Muslim)

Di samping itu, dengan berjalan tenang kita akan mendapatkan banyak pahala. Karena setiap langkah kaki kita dicatat sebagai pahala dan menghapus dosa.

Di antara hikmah larangan terburu-buru ketika shalat, agar kita tidak ‘ngos-ngosan’ ketika melaksanakan shalat. Nafas tersengal-sengal ketika shalat, bisa menyebabkan shalat kita menjadi sangat terganggu.

Keenam, membaca doa ketika menuju masjid
Doa yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menuju masjid sangat bervariasi. Ada yang panjang dan ada yang pendek. Sebagian ulama menganjurkan agar dibaca semuanya. Sehingga kita mendapatkan semua keutamaan dalam doa tersebut. Tapi, bagi yang kesulitan menghafalkan semua, bisa menghafalkan yang pendek, dan dibaca berulang-ulang.

Di antara doa yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah

اللّهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِيْ نُوْراً، وَفِي لِسَانِي نُوْراً، وَفِي سَمْعِي نُوْراً، وَفِي بَصَرِي نُوْراً، وَمِنْ فَوْقِي نُوْراً، وَمِنْ تَحْتِي نُوْراً، وَعَنْ يَمِيْنِي نُوْراً، وَعَنْ شِمَالِي نُوْراً، وَمِنْ أَمَامِي نُوْراً، وَمِنْ خَلْفِي نُوْراً، وَاجْعَلْ فِي نَفْسِي نُوْراً، وَأَعْظِمْ لِي نُوْراً، وَعَظِّم لِي نُوْراً، وَاجْعَلْ لِي نُوْراً، وَاجْعَلْنِي نُوْراً، اللّهُمَّ أَعْطِنِي نُوْراً، وَاجْعَلْ فِي عَصَبِي نُوْراً، وَفِي لَحْمِي نُوْراً، وَفِي دَمِي نُوْراً، وَفِي شَعْرِيْ نُوْراً، وَفِي بَشَرِيْ نُوْراً

Ya Allah, jadikanlah cahaya di hatiku, cahaya di lisanku, cahaya bagi pendengaranku, cahaya di penglihatanku, cahaya di atasku, cahaya di bawahku, cahaya di sebelah kananku, cahaya di sebelah kiriku, cahaya di depanku, cahaya di belakangku, cahaya di jiwaku, perbesarlah cahayaku, jadikanlah untukku cahaya, jadikanlah aku penuh cahaya, ya Allah berikanlah aku cahaya, jadikanlah cahaya di ruas badanku, cahaya di dagingku, cahaya di darahku, cahaya di rambutku, dan cahaya di kulitku.

اللّهُمَّ اجْعَلْ لِيْ نُوْرًا فِي قَبْرِيْ . . وَنُوْرًا فِي عَظَامِي

Ya Allah, jadikanlah cahaya untukku di kuburku… cahaya di tulangku.

وَزِدْنِي نُوْرًا , وَزِدْنِي نُوْرًا , وَزِدْنِي نُوْرًا

Tambahkanlah cahaya untukku, tambahkanlah cahaya untukku, tambahkanlah cahaya untukku..

وَهَبْ لِيْ نُوْرًا عَلَى نُوْر

Berikanlah aku cahaya di atas cahaya

Semua doa di atas berdasarkan riwayat yang shahih, sebagaimana disebutkan dalam buku Hisnul Muslim, karya Dr. Said bin Wahf Al-Qahthani

Ketujuh, sesampainya di masjid, lepas sandal dengan mendahulukan kaki kiri.
Sunah ini dinyatakan dalam hadis dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا انْتَعَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِالْيُمْنَى، وَإِذَا خَلَعَ فَلْيَبْدَأْ بِالْيُسْرَى

“Apabila kalian memakai sandal, mulailah dengan kaki kanan, dan jika melepas, mulailah dengan kaki kiri.” (HR. Ibn Majah dan dishahihkan Al-Albani)

Agar Anda tetap bisa masuk masjid dengan kaki kanan, setelah melepas sandal, kaki jangan langsung diinjakkan ke lantai masjid, tapi diinjakkan dulu ke tanah atau ke sandal kiri yang sudah dilepas. Kemudian naiklah ke lantai masjid dengan kaki kanan.

Kedelapan, masuk masjid dengan mendahulukan kaki kanan
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau mengatakan,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ، فِي تَنَعُّلِهِ، وَتَرَجُّلِهِ، وَطُهُورِهِ، وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suka mendahulukan yang kanan, ketika memakai sandal, menyisir rambut, bersuci, dan yang lainnya.” (HR. Bukhari, Ahmad dan yang lainnya)

Para ulama mengatakan, semua kegiatan yang baik, dianjurkan mendahulukan bagian tubuh yang kanan. Termasuk dalam hal ini adalah mendahulukan kaki kanan ketika masuk masjid.

Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, mengatakan,

من السنة إذا دخلت المسجد أن تبدأ برجلك اليمنى، وإذا خرجت أن تبدأ برجلك اليسرى

“Termasuk ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika Anda masuk masjid, Anda mendahulukan kaki kanan dan ketika keluar Anda mendahulukan kaki kiri.” (HR. Hakim, beliau shahihkan dan disetujui Ad-Dzahabi)

Kesembilan, berdoalah ketika masuk masjid
Ada banyak doa yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan sekali lagi, sikap yang tepat adalah diamalkan semuanya. Berikut beberapa doa ketika masuk masjid,

بِسْمِ اللهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُولِ اللهِ

Bismillah, shalawat dan salam untuk Rasulillah. (HR. Ibnu Sunni, Abu Daud, dan dishahihkan Al-Albani)

اللَّهُمَّ افْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ

Ya Allah, buka-kanlah pintu rahmatmu untukku. (HR. Muslim)

أَعُوذُ بِاللَّهِ الْعَظِيمِ، وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيمِ، وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيمِ، مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Aku berlindung kepada Allah yang Maha Agung, dengan wajah-Nya yang Mulia, dengan kekuasan-Nya yang langgeng, dari godaan setan yang terkutuk.

Untuk doa terakhir ini, terdapat keutamaan khusus:
Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika masuk masjid, beliau membaca doa di atas. Kemudian beliau bersabda;

فَإِذَا قَالَ: ذَلِكَ قَالَ الشَّيْطَانُ: حُفِظَ مِنِّي سَائِرَ الْيَوْمِ

“Jika orang membaca doa ini maka setan berteriak, ‘Orang ini dilindungi dariku sepanjang hari’.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan Al-Albani)

Kesepuluh, shalat tahiyatul masjid, jika masih memungkinkan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan,

فَإِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ، فَلَا يَجْلِسْ حَتَّى يَرْكَعَ رَكْعَتَيْنِ

“Apabila kalian masuk masjid, jangan duduk, sampai shalat dua rakaat.” (HR. Muslim)
Itulah shalat tahiyatul masjid.

Kesebelas, jangan lupa untuk mendekati sutrah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan:

إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيُصَلِّ إِلَى سُتْرَةٍ وَلْيَدْنُ مِنْهَا

“Apabila kalian hendak shalat, laksanakanlah dengan menghadap ke sutrah, dan mendekatlah ke sutrah.”
Sutrah bisa berupa tembok, tiang, atau benda-benda lainnya.

Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits

Minggu, 10 Februari 2013

FIQH HARTA HARAM

Diposting oleh Bonita Ayu Andhira di 00.11 0 komentar
Assalamu'alykum warrahmatullahi wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahiim,
Insya allah hari ini aku akan berbagi ilmu tentang fiqh harta haram, hasil kajian bersama ustadz DR. Erwandi Tarmizi. Beliau adalah seorang doktor lulusan universitas Riyadh.

Mu'amalah Hukumnya Mubah
Pada hakikatnya, muamalah hukumnya mubah (diperbolehkan) asalkan tidak mengandung 3 unsur, yakni: riba', dzalim, dan ghurur.

Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai orang yang pergi berlayar dan tidak mampu berwudhu dengan air tawar.
Seorang nelayan bertanya kepada Rasulullah: "Rasulullah, aku tidak bisa membawa air untuk berwudhu saat sedang berlayar di lautan. Bolehkah aku berwudhu dengan air laut?" Lalu Rasulullah menjawab "Air laut itu suci dan bangkai hewan laut adalah halal"

Menurut Abu Hanifah: ikan mati mengapung berarti sudah lama berada di dasar laut, sudah tidak baik untuk dikonsumsi, khawatir membawa penyakit.
tetapi, tetap hukum dasar hewan laut yang sudah mati itu: halal

Fiqh Non Kontemporer ==> Fiqh Kontemporer
Berbicara soal harta, ada dua hal yang perlu diperhatikan:
1. Bagaimana cara mendapatkan hartanya?
2. Bagaimana cara mendistribusikan hartanya?

Sebetulnya, fiqh kontemporer berasal dari fiqh non kontemporer
kita mulai dari menerjemahkan:
1 dirham: 2,97 gram perak
1 dinar : 4,25 gram emas

Mari belajar studi kasus, biar lebih gampang mengerti soal muamalah islam :D
Contoh:
1. 10 juta rupiah ditukar dengan 1 buah motor dan 1 jjuta rupiah, sah tidak muamalahnya?
Jawabannya:
1. Aturannya bisa dilihat dari fiqh non kontemporer mengenai dirham dan kurma ajwa
1 dirham dengan kualitas perak yang baik ditukar dengan 1 dirham dengan kualitas buruk dan 1 genggam kurma ajwa, maka hukum jual belinya tidak sah.
Kok bisa? Jadi begini teman-teman, semoga pemahamanku di ta'lim tadi tidak salah.
Pokok barang yang ingin ditukar di sini adalah dirham, namun ditambah kurma sebagai kompensasi dari ketidakseimbangan kualitas dirham. Kurma tersebut sengaja diberikan, bukan perkara yang mengikuti dirham, maka jual beli ini termasuk ke dalam riba'.
Untuk menjawab soal sepeda motor tersebut, hukum inilah yang menjadi landasannya.
Maka bila terdapat jual beli seperti itu, maka jauhilah, karena hukum jual belinya haram.

2. 100.000 ditukar dengan 9x 10.000, kedua pihak yang bertukar merasa ridho'. Halal atau haram?
Jawabannya:
Haram. Karena nilai yang ditukarkan tidak sesuai

Ada satu riwayat mengenai hukum jual beli budak.
"Barang siapa yang menjual/membeli budak dan bersama budak tersebut terdapat harta, maka harta bawaannya adalah milik penjual, kecuali disyaratkan oleh pembeli"
Sesuatu yang hukumnya mengikuti itu diperbolehkan
Contoh:
3. Kita membeli tiket kereta dengan dana asuransi yang apabila kita mengalami kecelakaan, maka kita mendapat dana kompensasi yang lebih besar daripada uang yang kita  bayarkan. halal atau haram?
Jawabannya:
3. Tiket kereta yang kita beli sudah sepaket dengan dana asuransinya. Maka hukumnya adalah halal.
Namun, bila kita termasuk ke dalam orang yang mampu, maka sebaiknya kita hanya menerima dana asuransi sejumlah yang kita bayarkan. Bila kita adalah fakir miskin, maka kita boleh menerima sejumlah kebutuhan pokok (misalnya untuk pengobatan) yang kita perlukan.

Untuk lebih menyederhanakan pemahamannya, saya mencoba menganalogikan hukumnya dengan membeli koran. Tentu saja hukum membeli gambar wanita yang tidak menutup aurat itu haram. Namun, membeli koran hukumnya haram atau halal? Jawabannya adalah halal, Karena yang kita inginkan adalah beritanya, gambar wanitanya hanya perkara yang mengikuti.
Sudah lebih tertangkap kah, maksud saya? :D

4. Seorang tukang bangunan yang membantu membuat gereja (untuk mencari nafkah), halal atau haram?
Jawabannya:
Bila dari awal perizinannya adalah untuk membangun gereja, maka sudah jelas hukumnya haram. Karena gereja adalah tempat kegiatan yang menyekutukan Allah.
namun bila suatu bangunan yang tadinya bukan gereja lalu beralih fungsi menjadi gereja, apakah haram kita yang dahulu pernah membantu membuatnya? jawabannya halal.
Ummar bin Khathab ra: "Gereja diperbolehkan keberadaannya, tapi tidak boleh direhabilitasi"

5. Salah satu penghalang terkabulnya do'a adalah makan dari harta haram. Bila seorang anak memakan harta orang tuanya yang bercampur halal dan haramnya, apakah diperbolehkan?
Jawabannya:
Setiap orang tua memiliki kewajiban untuk memberikan nafkah kepada anak-anaknya. Harta yang bercampur (misal adanya riba' dari bungan tabungan) tetap boleh dinafkahkan kepada keluarga.
Haram hukumnya bila harta yang didapat adalah 100% haram, misalnya: harta dari hasil berjudi

6. Seorang suami wafat. Ia memiliki seorang istri, 2 anak laki-laki, dan 1 anak perempuan. Bagaimana pembagian harta warisnya?
Jawabannya:
Istri mendapatkan seperdelapan bagian
Anak laki-laki masing-masing tiga perdelapan bagian
Anak perempuan seperdelapan bagian
Bila anak-anak belum baligh, maka ibunyalah yang berhak memegang harta waris itu
Dari Ummar bin Khathab ra:
"Lebih baik harta anak yatim diputar (diinvestasikan) daripada disimpan, karena ia akan terkena zakat (sekarang inflasi) bila disimpan"

7. sudah terlanjur kredit rumah. Bagaimana hukumnya?
Jawabannya:
Kredit termasuk ke dalam riba'. Karena biasanya harga yang dibayar lebih mahal daripada pembelian secara tunai.
nasihat: Bertaubatlah
"Seseorang tidak akan meninggal sebelum seluruh rezekinya terpenuhi. Bila rezeki belum datang, maka bersabarlah. jangan jemput ia dengan maksiat. karena penjemputan dengan maksiat tidak akan melahirkan rezeki, melainkan membuat murka Allah"
*intermezo* Berarti nanti sebaiknya mengontrak dulu, lalu membeli rumah secara tunai. :D

8. Bagaimana menyalurkan bunga BANK?
Jawabannya:
Berikan pada fakir miskin, jangan katakan bahwa itu adalah uang hasil bunga BANK.

9. Menggunakan software ilegal download dari internet untuk usaha desain, boleh tidak?
Jawabannya:
Tidak boleh. OKI sudah memfatwakan bahwa hak paten dan hak cipta merupakan kepemilikan dari orang yang peratama kali membuatnya. hak ini dilindungi syari'at dan tidak boleh dilanggar.

10. Di tempat kerja tidak boleh memakai jilbab. Halal tidak gajinya?
Jawabannya:
Halal. Selama ia bukan digaji karena perkara melepas jilbabnya. Contoh, seorang model yang digaji karena memamerkan pakaian mini, maka gajinya haram.
*intermezo* menurutku ini pelanggaran HAM. Aneh juga, kenapa kerja nggak boleh pake jilbab? kan yang kerja otak, bukan jilbab .__. #gagalpaham

11. Download buku dari internet untuk menuntut ilmu dan tidak diperjual belikan, halal atau haram?
Jawabannya:
Selama izinnya jelas, halal.

12. Arisan umroh, halal atau haram?
Jawabannya:
Hukum dasar arisan adalah mubah.
namun, bila terdapat syarat tertentu, syaikh shalih al fauzan mengatakan: arisan itu tidak boleh. Contoh syaratnya: saya akan meminjamkan kamu uang, asalkan kamu mau meminjamkannya kepada saya juga.
Bila tidak begitu, maka asrisan boleh-boleh saja

Demikianlah notulensi ta'lim kali ini,
semoga bermanfaat dan teman-teman yang ingin datang tapi berhalangan, bisa hadir dikesempatan kemudian

Wallahua'alam bishawab
Jazaakillahukhoir
'Afwan
:-D


Jumat, 08 Februari 2013

Menuju Jama'atul Muslimin

Diposting oleh Bonita Ayu Andhira di 03.18 1 komentar
Assalamu'alayum warrahmatullahi wabarakatuh

Bismillah, Insya Allah saya akan menulis sedkit resume dari buku "Menuju Jama'atul Muslimin", disertasi syaikh Hussain bin Muhammad bin Ali Jabir, terbitan Robbani Press.
Sebetulnya saya sudah cukup lama menamatkan buku ini, namun karena tadi di lingkaran dibahas sedikit tentang MJM, saya jadi teringat lagi isi bukunya

Satu-satunya do'a Rasulullah SAW yang tidak dikabulkan oleh Allah SWT adalah persatuan ummat muslim.
Ummat muslim akan terpecah-belah ke dalam harakah-harakah Jama'atul minal muslimin.
Insya Allah, saat ini kaum muslimin sedang berproses menuju jama'atul muslimin.
Apakah perbedaan antara Jama'atul minal muslimin dan jama'atul muslimin?
Secara sederhana, jama'atul minal muslimin adalah sebagian  kaum muslimin yang berkumpul dalam gerakan tertentu.
Bila muslimin tersebut keluar dari gerakannya (jama'atul muslimin), maka ia tidak bisa dibilang kafir.
Contoh Jama'atul minal muslimin yang disebutkan dalam buku MJM adalah:

Pertama, Jama’ah Anshor as-Sunnah al-Muhammadiyah, berdiri dan berkembang di Mesir. Jama’ah ini mewakili gerakan dakwah yang berorientasi pada seruan sosial dan ilmu pengetahuan (ijtimaiyyah wa ats-tsaqofah). Sering pula di sebut sebagi gerakan Salafi.

Kedua, Jama’ah Tabligh, yang lahir di India. Jamaah ini mewakili gerakan dakwah yang berorientasi pada seruan sufiyyah.

Ketiga, Jama’ah Hizb at-Tahrir yang lahir dan bermula di Yordania. Jamaah ini berorientasi pada seruan Politik (as-siyasi).

Keempat, Jama’ah al-Ikhwan al-Muslimun yang didirikan di Mesir. Penulis menganggap bahwa jamaah ini mewakili gerkan dakwah yang memiliki karakteristik Syamil (Menyeluruh). Tidak hanya memperhatikan aspek sosial dan ilmu pengetahuan semata, melainkan juga aspek sufiyyah dan aspek siasiyyah, bahkan juga meliputi aspek harakiyyah dan jihadiyyah (pergerakan dan Jihad)

Sedangkan yang dimaksud dengan Jama'atul muslimin adalah seluruh kaum muslimin. Bila ada muslim yang keluar dari Jama'atul muslimin, maka ia adalah orang kafir.
Terdapat beberapa golongan yang menamakan dirinya Jama'atul muslimin, misalnya di Indonesia: Ahmadiyah, NII. Bila keluar dari Jama'ah tersebut, maka orang itu sudah disebut kafir oleh golongannya.

Teringat nasihat dari Khulafaur Rasyidin, Ummar bin Al Khathab ra:
"Tidak ada islam tanpa jama'ah, dan tidak ada jama'ah tanpa pemimpin"

Khalifah Ummar bin Abdul Aziz telah mengingatkan kita:
"Kekeruhan dalam jama'ah lebih baik daripada kebeningan dalam kesendirian"

Begitulah pembaca, begitulah, betapa besar urgensi dari berjama'ah.
Mengapa kita perlu berjama'ah?
Jawaban paling sederhananya adalah karena ketaatan sulit dilakukan dengan bersendirian.
Allah, dalam ur'an surah Al Asr sudah mengingatkan kita akan kerugian manusia.
Agar tidak merugi, maka kita diwajibkan untuk saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran
Agama adalah nasihat, agama adalah nasihat, agama adalah nasihat (HR Muslim)

Menurut al-Ustadz Husain Jabir rahimahullah terdapat empat tujuan khusus jama’atul Muslimin, yaitu:
1. Pembentukan pribadi-pribadi Muslim (binaa’al-fard al-muslim)2. Pembentukan rumah tangga Muslim (binaa’al-usrah-al-Muslimah)3. Pembentukan masyarakat Muslim (binaa’al-mujtama’al-Muslim)4. Penyatuan umat Muslim (Tauhid al-ummah al-Islamiyah)

Adapun tujuan umum Jama’atul Muslimin, menurut penulis buku ini, ada enam, yaitu:
1. Agar seluruh manusia mengabdi kepada Rabb Nya yang Maha Esa2. Agar senantiasa memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar3. Agar menyampaikan dakwah Islam kepada segenap umat Manusia4. Agar menghapuskan fitnah dari segenap muka bumi5. Agar memerangi segenap umat Manusia sehingga mereka bersaksi dengan persaksian yang benar (syahadatain)


Setelah itu beliau membahas “Rambu-rambu dari sirah Nabi dalam Menegakkan Jama’ah” yang berisi enam karakteristik pokok sebuah jamaah, antara lain:* Nasyr mabaadi’ ad-dakwah (menyebarkan prinsip-prinsip dakwah)* At-takwin ‘alaa ad-dakwah (Pembentukan Dakwah)* Al-mujabahah al-Musallahah (konfrontasi bersenjata)* Al-sirriyah fi binaa’al-jamaah (sirriyah dalam membina jama’ah)* Ash-shabru’ala al-adza (bersabar atas gangguan musuh)* Al-Ib’aad ‘an saahah al-ma’rakah (menghindari medan pertempuran)

Insya Allah, saat ini kita sedang berada dalam fase "Menuju Jama'atul Muslimin". Suatu saat, akan ada pemimpin yang shaleh, utusan Allah SWT yang akan menyatukan kita semua. Menghimpun kekuatan-kekuatan dari jama'atul muslimin, hingga terciptalah jama'atul muslimin yang mampu menegakkan syari'ah islam di muka bumi. Aamiin ya Rabbal'alamiin.

Yang dapat kita lakukan sekarang adalah belajar islam sebanyak-banyaknya, segiat-giatnya, seikhlas-ikhlasnya. Setelah itu, kita berjuang sampai titik darah penghabisan.

Teringat nasihat Ustadz Felix Siauw:
Pilihlah jama'ah ahlusunnah yang sesuai dengan kata hati, lalu berkontribusilah di sana.

Sahabat,
pada hakikatnya hati nurani kita itu sangat dekat dengan kebenaran. hanya saja dosa-dosa kita menjadi penghalang pekanya kita terhadap kebenaran.

Mulai saat ini (bila kemarin-kemarin sempat terlupa), mari istighfar sebanyak-banyaknya.
Supaya hati nurani kita lebih peka melihat tanda-tanda kebesaran-Nya.
Dan jangan lupa membaca do'a ini:


Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala diinik” artinya: ‘Wahai Zat yang membolak-balikkan hati teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu’ [HR. Tirmidzi no 2066. Ia berkata: “Hadits Hasan”, dishahihkan oleh Adz-Dahabi]

Semoga Allah memberikan keistiqomahan kepada kita semua.Awal mula, kita boleh berbangga dengan pilihan kita,Namun pada akhirnya, keistiqomahanlah yang akan menjawab seberapa murni niat kita.

“Jangan kalian saling hasad, jangan saling melakukan najasy, jangan kalian saling membenci, jangan kalian saling membelakangi, jangan sebagian kalian membeli barang yang telah dibeli orang lain, dan jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslim bagi lainnya, karenanya jangan dia menzhaliminya, jangan menghinanya, jangan berdusta kepadanya, dan jangan merendahkannya.[HR. Muslim no. 2564]

wallahu a'lam bishawab
Semoga bermanfaat
ISTIQOMAH !! :-D
*entah mengapa font tulisan makin lama makin besar*




 

RUANG CAHAYA Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Emocutez